NILAI TUKAR DINAR DIRHAM
24-07-2014 , Kamis Pagi

DINAR EMAS
Nisfu (1/2) Dinar - Rp. 0,-
Dinar - Rp. 0,-
Dinarayn - Rp. 0,-

DIRHAM PERAK
Daniq (1/6) Dirham - Rp. 0,-
Nisfu (1/2) Dirham - Rp. 0,-
Dirham - Rp. 0,-
Dirhamayn - Rp. 0,-
Khamsa - Rp. 0,-
Depok, 25 Maret 2013
Agenda Tersisa Hugo Chavez
Zaim Saidi - Direktur Wakala Induk Nusantara
Kematian Hugo Chavez masih terus disesali oleh para pemujanya

Seperti sejumlah tokoh revolusioner lainnya, Vladimir Lenin, Mau Zedong, dan Ho Chi Minh, jasadnya bahkan dibalsem dan tidak dikuburkan. Mendiang Hugo Chavez telah menjadi ikon warisan ideologi sosialis-revolusioner, dan anti-imperialisme, yang dalam dua dekade terakhir ini praktis telah mati. Langkah-langkah populis Chavez selama 14 tahun kekuasannya seolah telah membantah tesis pongah bahwa kapitalisme telah mengakhiri sejarah.

Lahir sebagai bocah miskin, berpendidikan militer, menganut Teologi Pembebasan, Chavez mereintrodusir falsafah politik Jenderal Simon Bolivar (1783-1830). Jenderal Bolivar adalah pembebas Venezuela dari Spanyol dan tokoh antiimperialisme. Ajaran Bolivar menekankan pentingnya pendidikan, kerjasama kekuatan militer-sipil, keadilan sosial, kedaulatan nasional dan, pada saat bersamaan, solidaritas regional dan integrasi Amerika Latin.

Chavez menyebut falsafah politiknya sebagai Bolivarianisme, dan menyatakan perbedaannya dengan paham konvensional sosialisme negara. Ia menekankan perlunya "demokrasi partisipatif", melalui institusi kerakyatan yang ia ciptakan yaitu "Dewan Komunal", sebagai bentuk keterlibatan akar rumput dan demokrasi pertisipatif. Satu hal yang jelas adalah tindakan ekonomi politik Chavez sangat melawan hegemoni Barat, sebuah sikap yang hari ini tampak "kadaluarsa". Jejak langkah Chavez sebenarnya mengingatkan kita kepada "Pemimpin Besar Revolusi" di negeri ini, Bung Karno, Presiden I RI, selama kurun 1950-1965.

Chavez, seperti Bung Karno, menasionalisasikan perusahaan-perusahaan asing dalam cakupan yang sangat luas. Perusahaan minyak dan gas, telekomunikasi, semen, enerji dan listrik, besi dan baja, bahkan perusahaan pengolah makanan dan hasil pertanian, ia ambil alih demi kepentingan rakyat Venezuela. Ini bertolak belakang dengan kebanyakan rezim negeri "Dunia Ketiga" lain, termasuk Indonesia, yang justru menjuali perusahaan-perusahaan negara kepada investor asing. Seperti juga Bung Karno, Chavez menyatakan Venezuela keluar dari IMF dan Bank Dunia, serta melakukan reformasi agraria.

Meski tidak disukai oleh kelas borjuis Chavez terbukti berhasil mengentaskan kaum miskin di negerinya sampai 75 persen. Kesenjangan kaya-miskin juga mengecil dengan Koefisien Gini 0.39, bandingkan misalnya dengan Brazil yang masih 0.52. Secara umum para pejabat di PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) juga menyatakan Venezuela telah berhasil mencapai target Millenium Development Goals (MDGs), bahkan sebelum tenggat waktunya, yaitu 2015. Secara politik Chavez terus turut berupaya menciptakan kutub baru, bersama Cina, Brazil, Iran, dan Rusia.

Sayang Tuhan menentukan lain, Comandante Hugo Chavez harus mengakhiri langkahnya, karena ajalnya telah tiba. Meski demikian, sangat menarik bagi kita untuk mengetahui agenda Chavez yang masih tersisa, yang belum banyak terungkap di muka publik. Di kawasannya sendiri, Amerika Latin dan Karibia, Chavez tengah mengupayakan terbentuknya mata uang bersama, yang disebut sucre. Bersama beberapa negara yang telah disebut di atas ia melakukan perdagangan dengan cara imbal beli, untuk menghindari penggunaan dolar AS. Tujuan yang hendak dicapai oleh Chavez adalah memisahkan diri dari sistem perekonomian (kapitalisme) global. Langkahnya yang paling mutakhir, tapi terhenti karena ajalnya, adalah minatnya untuk mencetak dan menggunakan mata uang emas dan perak. Sebuah tindakan yang akan membuat cita-citanya pisah secara total dari sistem kapitalisme global menjadi kenyataan. Chavez telah memulainya sejak Agustus 2011 lalu dengan menarik tabungan emasnya dari bank-bank di Eropa. Dari total cadangan emas Venezuela sekitar 360 ton, lebih dari 352 ton telah ditarik pulang, hanya dalam waktu tiga bulan.

Tak lama kemudian, akhir 2011, Chavez telah meminta salah satu menterinya untuk mempelajari kemungkinan mencetak uang emas dan perak, merujuk pada telah kembalinya Dinar emas dan Dirham perak di kalangan umat Islam. Tarek al Aissami, Menteri Dalam Negeri dan Hukum Venezuela, yang beragama Islam, telah menghubungi Shaykh Umar I Vadillo, yang dikenal sebagai "Bapak Dinar" modern, di Kuala Lumpur. Atas nama Chavez Menteri Aissami menyampaikan undangan untuk Shaykh Umar agar mempresentasikan dan menjelaskan perkembangan Dinar dan Dirham. Rencana ini belum terwujud, Chavez mulai harus mengurus dirinya sendiri karena masalah kesehatannya, sampai terdengar kabar kematiannya.

Kini Chavez telah tiada. Namun, keinginan kuat untuk keluar dari kapitalisme global, bahkan menciptakan model sendiri dengan sistem mata uang berbasis emas dan perak tumbuh di mana-mana. India, Iran, dan Cina, mulai berdagang menggunakan emas sebagai alat tukar. Rusia, di bawah Dmitry Medvedev (2009), telah menggagas koin emas sassoli untuk Eropa. Sejumlah negara bagian di AS telah melegalkan kembali koin emas dan perak sebagai alat tukar yang sah. Cina, memasuki 2013 ini, tengah menyiapkan sistem pembayaran berbasis emas. Robert Mugabe, di Zimbabwe, yang saat ini bahkan tidak memiliki mata uang sendiri dan menggunakan dolar AS, tengah menjajagi mencetak koin emas, dengan nama sovereign, untuk Uni Afrika.

Umat Islam di Nusantara sudah bergerak lebih jauh. Awal April ini Sultan Mudaffar Syah II dari Kesultanan Ternate secara resmi akan mulai mengedarkan koin Dinar dan Dirhamnya. Ibarat bahtera Nabi Nuh, kembalinya muamalat dengan Dinar dan Dirham di Nusantara, akan menjadi penyelamat ketika air bah keruntuhan sistem riba benar-benar telah tiba. Karena itu marilah kita perbanyak dan perluas transaksi dengan Dirham perak dan Dinar emas setiap hari.

*)Selanjutnya follow saya di @ZaimSaidi

Dibaca : 2622 kali


Bookmark and Share

lainnya
Index kategori : Artikel
Facebook   Twitter   Yahoo Group   You Tube   Baitul Mal Nusantara
© WAKALA INDUK NUSANTARA                                                                                                                        DISCLAIMER   SITEMAP   SITE INFO