NILAI TUKAR DINAR DIRHAM
24-07-2014 , Kamis Pagi

DINAR EMAS
Nisfu (1/2) Dinar - Rp. 0,-
Dinar - Rp. 0,-
Dinarayn - Rp. 0,-

DIRHAM PERAK
Daniq (1/6) Dirham - Rp. 0,-
Nisfu (1/2) Dirham - Rp. 0,-
Dirham - Rp. 0,-
Dirhamayn - Rp. 0,-
Khamsa - Rp. 0,-
Capetown, 04 Mei 2012
As Sultan
Shaykh Dr. Abdalqadir as-Sufi -
Dengan isu Sultaniyya kita sampai pada persoalan paling pokok, isu paling esensial, yang tanpanya restorasi Islam tak dapat dilakukan.

Saat ini tidak ada kepemimpinan Islam. Maka, tak ada Islam di planet bumi ini. Tentu saja ada negeri-negeri dengan penduduk Muslim, barangkali sekitar dua milyar orang saat ini, tapi Daulah Islam tidak dapat tegak tanpa wewenang komando untuk menegakkan hal-hal yang mendasar dan penting. Apakah hal-hal yang penting dan mendasar itu?

Imam Al Qurthubi mendefinisikannya dalam tafsirnya sebagai: (1) penegakan kewenangan dalam shalat Ied dan Ju'mat. Penegakan kedua Ied menuruti persyaratan keduanya. (2) Jaminan akan ketepatan kemurnian dan timbangan Dinar dan Dirham. Bahwa timbangan dan ukuran yang berlaku dalam kehidupan warga adalah benar. (3) Pengangkatan para pengumpul zakat, dan pengumpulan serta pendistribusiannya menurut syarat dan rukunnya. (4) Kesiapan untuk menyelenggarakan jihad dan mengumpulkan serta mendistribusikan ghanimah. Mungkin perlu ditambahkan (5) melindungi golongan dhimmi dan memberlakukan jizyah.

Agar kita memahami bagaimana kita dapat menuju penuntasan ambang momentum sekarang ini, yang akan menjadi harapan pertama seluruh umat manusia - sebuah harapan yang dimusnahkan seabad lalu lewat pengusiran dan pemenjaraan Sultan Abdulhamid II Khan, khalifah terakhir, kalau pun bukan dari sudut pandang sejarah, tapi sudah pasti dari sudut pandang Islam - kita harus pahami perbedan antara aturan kafir dan aturan Islam. Isu ini belum pernah diungkap dan tentu saja tidak akan mudah dilihat jelas oleh orang-orang modern dengan latar belakang pendidikan yang dirancang oleh musuh-musuh besar Islam.

Daulah Islam Terakhir: Sultan Abdulhamid II
Untuk menggarisbawahi betapa ekstrimnya kesalahan ini dan rusaknya pemahaman yang kita warisi, ada satu hal yang perlu dikaji. Persoalan ini sangat penting karena berkaitan dengan wali Allah dan pemimpin Islam yang sangat agung, Sultan Abdulhamid Khan, sebagaimana disebut di depan. Selama hidupnya kekuatan Eropa setiap hari menyerangnya dengan menggambarkannya dalam tokoh fantasi yang mereka reka. Di satu sisi dia digambarkan sebagai Sultan Merah yang tangannya berlumur darah korban-korbannya. Di sisi lain dia digambarkan sebagai tokoh dengan kejiwaan tidak seimbang yang bersembunyi di balik tirai rahasia dan sangat ketakutan akan dibunuh karena memerintah dengan tangan besi.

Ketika Kemal [Ataturk] meraih kekuasaan dengan dukungan gerakan masonik dan yahudi dia segera menyerang, yang sebetulnya sudah lama ia berupaya mengulingkan tahta Sultan, dia segera menyerang seluruh Khalifah Utsmaniah, dengan menghukum dan memenjarakan siapa saja yang mencoba membela mereka. Dia membentuk komisi untuk menulis biografi dirinya di Anatolia. Dia dipuji-puji oleh para pemimpin Barat, sekalipun kajian oleh H.C Amstrong dalam Grey Wolf menggambarkan dirinya sebagai pribadi yang terbelah, pecandu alkohol sekaligus korban sodomi, yang mengakhiri hari-hari terakhirnya dalam keadaan setengah sadar di istana Sultan Utsmaniah yang direbutnya.

Untuk sekadar memberikan gambaran perbedaan antara sang Sultan dan sang diktator pemberontak - salah satu tindakan terakhir Sultan Abdulhamid ialah membentuk komisi penyusun kamus baru bahasa Osmanli, bahasa besar bersejarah yang tumbuh dan berkembang lebih dari enam ratus tahun, dan hasilnya adalah Qamusi Turki. Sedangkan Kemal justru membentuk komisi pemusnahan bahasa, linguasida. Dia menamatkan riwayat bahasa Osmanli, tata bahasa dan huruf-hurufnya. Salinan Qamusi Turki milik penulis berisi seribu lima ratus tujuh puluh halaman. Penulis Turki Orhan Okay menelaah terjemahan Turki empat karya filsafat Perancis: Pensees of Pascal, Meditation of Lamartine, Reflexion of La Rochefoucauld dan Idees of Alain. Dia mencatat bahwa kata thought, meditation dan reflexion serta idees semuanya direduksi oleh bahasa Turki Kemal menjadi dusunceler, yakni thought (pemikiran). Dalam bahasa Osmanli masing-masing dapat dialihbahasakan secara berbeda menjadi dusunceler, murakabat, tefekurat dan fikirlet.

Diktator Kemal secara lebih ganas mencoba melenyapkan Islam. Tapi dia tidak mampu membuat rakyatnya yang besar menjadi orang kafir. Memang dia berhasil menghapuskan daulah tetapi tidak Iman dalam hati kaum Muslim. Bahkan mereka bukanlah umatnya. Itulah sebabnya dalam gaya kafir sejati dia berbohong dan menamakan dirinya Ataturk. Biografi terkenal Lord Kinross, yang sangat populer di kalangan kaum Kemalis, pada kenyataannya mengolok-olok Ataturk pada suatu sore ketika dia mabuk di Traveler Club pada saat dia menyuguhkan cerita-cerita yang hanya mempertegas versi Amstrong tentang diktator yang mengalami kemerosotan.

Salah satu penulis besar Turki di abad lalu, yang akhimya sekarang dihargai dan dihormati, ialah Necip Fazil. Bukunya Ulu Hakan, biografi tentang Sultan Abdulhamid membawanya ke penjara kaum Kemal, dan disiksa selama hampir satu dekade. Hal penting dari buku tersebut ialah bukan sekadar rehabilitasi besar-besaran terhadap tokoh biografinya tetapi bahwa buku tersebut dari awal hingga akhir sarat dengan dokumen-dokumen resmi yang membuktikan tanpa bisa dibantah keagungan Sultan. Dewasa ini serangan masih terus berlanjut sampai pada tingkat akademik. Upaya memprihatinkan dan buruk oleh Salim Deringil yang diterbitkan pada tahun 1998 masih mencemarkan Sultan Abdulhamid dan buku Necip Fazil.

Kalau kita baca bibliografinya kita akan mengetahui bahwa dia mengambil informasi dari sebuah buku yang diterbitkan di New York pada 1958 berjudul The Sultan oleh Joan Haslip. Dia mengutip buku bersebut dalam kajiannya sekalipun karya ini hanya serupa sampah. Buku ini ditulis sekadar untuk melariskan naskah film yang dibuat darinya. Buku ini berisi dialog imajiner pertemuan tanpa seorang pun ikut di dalamnya. Pengarang mengambarkan secara hidup keadaan pskologis Sultan, betapa sok tahunya dia! Penyerangan melalui buku-buku Deringil dan sejenisnya bukanlah merupakan kelanjutan versi golongan Kemal mengenai masalah ini tetapi lebih merupakan ketidakmampuan kalangan akademi Turki untuk melancarkan bahkan secuil kritik terhadap sang pengkhianat Mustafa Kemal. Anak-anak yang diambil secara paksa untuk memberikan penghormatan di makam kacanya di Ankara, melaporkan telah mendengar jeritan-jeritan kesakitan dari bawah batu nisan. Barangkali anak-anak inilah yang merupakan penulis biografinya yang sejati.

Jebakan Reformasi
Perspektif yang kita perlukan harus memperhitungkan pandangan dunia yang jungkir balik bahwa pendidikan modern telah dipaksakan pada kita. Hal ini tidak saja mengenai kasus di atas yang mungkin dengan sendirinya dapat dimaafkan sebagai bagian yang memang diperlukan dalam perkembangan evolusi dari daulah Ustmaniah yang besar menuju negara kebangsaan yang didera kemiskinan dan tinggal puing-puing. Isu yang sebenarnya terletak pada lapisan lebih dalam. Lihat garis besar serangkaian peristiwa di bawah yang jika dikumpulkan akan memunculkan sebuah pola yang utuh dan gamblang.

  1. Sultan Mahmud II di bawah tekanan keras elite baru finansial yang mengguyur uang ke Istambul memerintahkan pemilahan pendidikan Utsmaniah menjadi dua sistem yang terpisah, sistem pendidikan Islam dan sistem pendidikan sekuler dan ilmiah.
  2. Selama masa pemerintahan dua sultan berikutnya, Sultan Abdulmajid I dan Abdulazis (1839 - 1876) serangkaian perubahan Daulah Utsmaniah terus-menerus dilakukan. Gerakan ini disebut Tanzimati Hayraye atau 'Reformasi Menguntungkan'.
  3. Melalui gerakan ini muncullah sebuah kelas penguasa baru para birokrat yang bemama Memurs. Ingat hingga masa Tanzimat Daulah Islam terdiri atas para Amir lokal, yang menyusun serangkaian otonomi yang berkait, sehingga tidak ada otoritas sentral, basis Khalifah di Istana Topkapi diselenggarakan hanya oleh tiga ribu orang. Pada akhir masa Tanzimat terbentuk birokrasi dengan tiga puluh ribu orang. Februari 23, 1839. Semua pola penarikan pajak berdasar s
  4. yariah Islam dihapus termasuk jizyah.
  5. Pada tahun 1840. Uang kertas pertama kali dikeluarkan di kalangan Muslimin, uang ini disebut Kaimei-mutabere.
  6. Pada tahun 1856 Bank Utsmani, Osmanli Bankasi dan bank-bank lain didirikan oleh gembong-gembong keuangan Yahudi.
  7. Pada tahun 1867 sebuah undang-undang dikeluarkan yang memungkinkan orang asing memiliki real estate di ranah daulah.
  8. Pada tahun 1869 sistem pengadilan Nizamiyah dibentuk guna memperkenalkan apa yang disebut pengadilan sekuler
  9. Pada bulan Juni tanggal 4, 1876 Sultan Abdulazis dibunuh, para pembunuhnya menjarah kamar pribadinya tempat dia dibunuh.

Dengan demikian jika kita, orang Muslim, mencermati urutan kejadian-kejadian di atas dengan mengambil garis-garis besar yang tercantum di situ, tidak bisa tidak kita akan mengenali bahwa kaum kafir menghancurkan musuh-musuhnya dengan bahasa-bahasa reformasi, modernisasi dan rasionalitas. Juga jelas bahwa apa saja yang mereka nyatakan tentang perbuatan mereka guna kemaslahatan umat manusia justru sebaliknya yang terjadi. Sistem kafir ialah mesin negara. Identitas mesin tersebut adalah teror. Tidak ayal lagi dalam akhir permainan sistem kafir ini akan disebut-sebut kata-kata tersebut dan menyatakan semua musuh-musuhnya secara samar-samar. Bagaimana pun disamarkan yang jelas para teroris adalah perorangan yang berasal dari kaum nihilistik yang putus asa. Tragisnya, terorisme adalah doktrin dasar hegemoni negara dunia saat ini yang tidak disupervisi oleh politisi publik tetapi oleh elit terpencil dan menyendiri, yang sangat tidak peduli dengan tujuan genosida massa yang harus disingkirkan atau jika selamat karena beruntung, ditempatkan dalam tahanan penampungan.

Kampiun besar demokrasi dunia, Amerika Serikat, dibangun atas dasar genosida sebelumnya, yang memang diperlukan, terhadap penduduk asli Navaho, Sioux dan lain-lain. Mereka yang masih tersisa dan bertahan hidup digiring ke gurun-gurun kawasan penampungan. Apa yang disebut negara Turki juga sebetulnya kawasan penampungan. Apa yang dinamakan sebagai negara Mesir adalah kawasan penampungan. Jika seseorang tersisa di Palestina, Khasmir dan Chechnya, mereka akan ditempatkan di kawasan penampungan. Kedua negara demokrasi dengan ideologi teror tersebut dan penentang-penentang pribadi yang tidak waras dan menyimpang, para teroris membentuk satu realitas atau bisa katakan sebuah dusta, Islam menyinarinya dengan sinarnya yang lembut di lembah sebelah.

Mustafa Kemal, pada saat dia mengambil emas kaum Muslim dari India yang dimaksudkan untuk memulihan kekhalifahan dan memberikannya kepada bankir Yahudi Galata, memperlihatkan kebodohan Kemal yang tak terlihat, 'Aku beri mereka emas dan lihatlah! Mereka memberiku sebuah bank!' Di sini kita bisa menamakan Mustafa Kemal seorang model manusia modern. Kejiwaannya yang dipenuhi hasrat biadab membuatnya berpikir bahwa dia mendapat keuntungan dengan menukarkan emas dengan kertas. Mata uang Turki Kemal Lira terus-menerus merosot nilainya dan pada saat ini praktis tidak ada harganya.

Sekali lagi, sistem kafir merupakan mesin negara dan karena dia menaati logika mekaniknya sendiri, tidak ada yang dapat mencegahnya yang menjadikan objek eksekusinya adalah warganya sendiri.

Napoleon berkata, 'Satu-satunya lembaga yang pernah dibuat oleh manusia untuk mengendalikan Kekuatan-Uang di dalam suatu negara ialah Monarki.'

Sebagaimana telah dijelaskan dalam seluruh halaman ini, gagasan-gagasan yang diterima, semua produk pendidikan sistematik kafir hanya menyesatkan kita pada posisi untuk kita menyerah pada dialektika yang mereka tawarkan. Penolakan tidak lagi dilihat dalam kerangka wacana yang bermakna, meskipun mereka berpura-pura untuk itu, tetapi sebagai penentangan terang-terangan terhadap hegemoni kafir dan penentangan semacam itu akan mendefinisikan kita sebagai penjahat dan dianggap teroris aktif. Analisis rasional yang diterapkan telah dijuluki sebagai tindakan politik.

Keprabuan (kingship) memiliki dua matra. Keprabuan adalah kekuasaan perorangan. Pemerintahan semacam ini menggunakan prinsip-prinsip herediter. Hendaknya diingat bahwa pewarisan menurut syariah bukan didasarkan pada hak anak sulung. Praktik terakhir ini milik orang-orang Kristen dan secara genetik membahayakan. Cara Islam berdasar ketentuan ilahi tentang kerabat terdekat yang memungkinkan mendapatkan varietas yang lebih unggul dengan seleksi genetik yang lebih luas dan tidak menurunkan sifat dan mendapat galur (strain) yang sernakin lemah dan lemah. Penting dilihat argumen penghapusan Majelis Tinggi (House of Lord) di Inggris berbunyi 'orang tidak boleh memerintah semata-mata "karena kebetulan dilahirkan sebagai ningrat'.

Ada dua aspek dalam pengelabuan ini. Kelahiran bukanlah sebuah kebetulan, tetapi secara genetik ditentukan. Hereditas telah dikenal dalam sejarah dan merupakan metode teruji yang tercatat sepanjang sejarah sejak Iliad di Barat hingga tarikh kuno di Timur. Bernard Shaw menyatakan bangsa Inggris bersedia membayar mahal untuk mendapat kuda pacu terbaik yang akan memenangi lomba tetapi rela puas dengan manusia rendahan berkuasa di Parlemen.

Aspek lain, yang dari satu sisi merupakan tema unik buku ini, ialah bahwa pemerintahan personal menghalangi jalan Kekuasaan-Uang. Atas alasan ini, jika dalam elit oligarki kita menjumpai dua aspek ini menyatu, kita harus mengetahui pengambilan kekuasaan tersebut. Sebetulnya kelas politik itu tidak berdaya, paling banter dapat diberi sejenis penangguhan atau keadaan mendesak. Kebijakan tetap didikte oleh mereka yang mengendalikan kekayaan. Pemerintahan, sebagaimana digunakan sejarawan besar Mommsen sebagai prinsip dasar dalam menganalisis Republik Romawi adalah pemilikan dan kendali atas kekayaan. Dengan demikian, pada jaman kita, pembunuhan House of Lords Inggris tidak relevan dan semata-mata menandai keruntuhan elit kekuasaan lama tetapi pada saat yang sama memindahkan perhatian umum dari kekuasaan baru. Rumah perbankan besar pada saat ini hampir selalu dimiliki oleh keluarga-keluarga Yahudi yang telah mewariskan sejak awal perbankan modern dua ratus tahun lalu, sekalipun kadang kala mereka mengklaim hereditas lanjutan dari Jaman Pertengahan.

Bahkan ada yang mengatakan mereka secara genealogi merupakan keturunan Raja Daud! Hal ini berarti bahwa oligarki finansial secara sistematik mengakui prinsip hereditas dan pada saat yang sama mengaspirasi penguasaan yang terbuka dan bersifat publik, pada saat ini dengan kekayaan luar biasa tidak lagi puas berada di balik layar. Dalam pengertian ini, Rothschild yang berpendapat: "Aku tidak peduli siapa yang memerintah, sepanjang akulah yang mengendalikan pasokan uang' sudah usang. Gagasan yang jelas-jelas membuat negara untuk Yahudi di luar Palestina, jauh dari proyek ideal guna mengumpulkan diaspora yang tersebar, terbukti hanya mimpi dan ambisi keluarga-keluarga besar perbankan Yahudi untuk menyaksikan kembalinya monarki Raja Daud! Hal ini bukan fantasi fasis tetapi merupakan tesis para bankir karena bukan merupakan zionisme di tangan para rabi tetapi merupakan penyimpangan dari rabi sedangkan para rabi itu sendiri telah ditipu. Apa yang diinginkan para bankir adalah kapital dunia, campuran halusinasi antara Las Vegas dan Berlin, atau barangkali pikiran kacau mereka tentang Babilonia purba untuk akhirnya mereka akan menjadi para tuan. Penting menyingkirkan gambaran ilusi Monarki Konstitusional dapat diterima sebagai model yang akan memadamkan aspirasi kedua kelompok dialektika yang masing-masing disebut sebagai modern dan reaksioner. Hal ini dalam dialektika kafir dibilang revisionisme tetapi dengan penyingkapan kedok kemunafikan dan obyektivitas semu kaum kafir jelas bahwa versi terkini sejarah politik itu sendiri merupakan revisi apa yang sebenarnya terjadi.

PEMERINTAHAN PERORANGAN
Guna mengklarifikasi perkara ini penting kita layangkan pandangan sekejap pada penghapusan pemerintahan oligarki oleh pemerintahan perorangan dan pengembalian pemerintahan oligarki dengan monarki boneka sebagaimana terjadi di Inggris. Makna transisi di Inggris ini penting bagi kita karena inilah negara kafir yang kemudian melakukan perang jangka panjang terhadap Islam.

Pada awal pemerintahan Raja Henry VI gereja Kristen memiliki tiga puluh persen tanah di desa-desa dan mengambil sepuluh persen iuran yang dibayarkan oleh pemilik yang lebih kecil kepada pemilik yang lebih besar. Hingga tahun 1535 semua ini berada di tangan sistem politik Katolik, yakni para kardinal, pendeta, biarawan dan biarawati. Ketika Henry VII mengambil alih biara-biara, kekuatan finansial gereja Katolik dihancurleburkan. Andaikata Henry VII menahan kekayaan pada tangan-tangan kerajaan dia akan menyelamatkan masa depan yang harmonis untuk negara dan raja. Tetapi dia tidak mempertahankan tanah-tanah yang telah diambilnya. Malangnya, para pemilik besar tanah yang telah menguasainya hampir sepertiga nilai tanah pertanian Inggris terlampau kuat dan mereka bersikeras untuk diberi tanah baik secara gratis maupun jumlah yang sedikit sekali.

Parlemen pada saat itu mempertahankan mereka. Lembaga ini belum pernah menjadi parlemen rakyat. Sesudah itu para pemilik tanah mempunyai setengah negeri Inggris. Semua rumah-rumah besar di luar kota Inggris mulai dibangun sejak kurun ini atau sesudahnya. Inggris praktis berada di bawah kendali keluarga-keluarga besar Howard, Cavendish, Russel dan Cecil serta sekitar lima puluh keluarga baru yang muncul kemudian. Demikian juga pada tahun 1625 ketika Steward Charles II menduduki tahta, sebuah realitas baru ekonomi telah mengambil alih tradisi lama Inggris. Sebuah oligarki kuat terdiri atas pemilik-pemilik besar dalam kata-kata sejarawan Belloc: "sebuah monarki yang melarat dan mengerut ukurannya." Belloc menjelaskan:
"Mahkota yang kehilangan kehormatan dan melarat tidak lagi dapat bertahan. Mereka bertempur dengan golongan kaya baru dalam perang sipil; jelas-jelas mereka kalah dan ketika sebuah penyelesaian ditetapkan pada tahun 1660 kita dapatkan semua realitas kekuasaan berada di tangan-tangan sekelompok kecil orang kaya yang kuat, raja masih dikelilingi bentuk-bentuk dan tradisi kekuasaan lama tetapi dalam praktik sekadar boneka gajian. Dan dalam dunia sosial tempat kemunculan politik ada catatan penting bahwa sejumlah kecil keluarga berharta telah menguasai sejumlah besar alat-alat produksi di Inggris, sementara keluarga-keluarga tersebut sekaligus menyelenggarakan kekuasaan administrasi lokal dan para hakim, pendidikan tinggi, gereja-gereja dan jenderal-jenderal. Mereka mengalahkan tuntas apa yang tersisa dari kekuasaan sentral di negeri ini."
Dalam perspektif ini, periode Carolin yakni Charles I dan Charles II dengan masa peralihan pemerintahan Cromwell sang diktator tuan tanah, merupakan upaya terakhir oleh monarki Steward untuk mempertahankan pemerintahan perorangan dan melawan Kekuasaan-Uang para pemilik tanah. Apa yang terjadi setelah kematian Charles II tahun 1685 dan ajakan Rumah Oranye (House of Orange) untuk mengambil tahta Inggris, yang dijuluki Revolusi Besar sebenarnya bukan itu persoalannya. Pemerintahan Hanover berikutnya merupakan penguasa boneka dengan mahkota di kepala mereka. Kekuasaan sekunder sesudah itu hingga sekarang telah disingkirkan dari mereka, dari otoritas penting untuk memberi gelar-gelar herediter menuju pemanggilan dan perintah kepada Parlemen untuk berkumpul. Kebangkitan aristokrasi Inggris ini sebetulnya memberi isyarat kelahiran dan evolusi kapitalisme ciri Inggirs sehingga masa rehat Cromwell mewakili hanya satu fase dalam evolusi kapitalisme ketika tentara secara temporer memegang kekuasaan guna menuntaskan transisi kekusaan dari monarki ke oligarki.

Setiap buku sekolah di Inggris, yang tidak mau mengajarkan sejarah sama sekali memproyeksikan sebuah versi sejarah yang menggambarkan Charles I sebagai seorang penguasa arogan yang hidup di bawah angan-angan kosong yang diterima dari ayahnya berupa sebuah doktrin yang disebut Hak Tuhan pada Raja. Boleh jadi penduduk bangkit melawan fantasi kristen usang ini, yang dipimpin tidak oleh satu di antara mereka sebagai sebuah mitos tetapi oleh satu dari para milyuner Oliver Cromwell. Pembasmian keluarga ningrat (regisida) yang terjadi selanjutnya dianggap sebagai tanda akhir doktrin abad pertengahan tentang kerajaan dengan menggantinya dengan julukan terkenal Induk Parlemen (Mother of Parliament). Fakta bahwa bangsa Yunani dan Basq telah memiliki parlemen di jaman purba dalam dialektika ini sangat diabaikan.

Pada tahun 1992, telah diterbitkan buku oleh sejarawan Kevin Sharpe berjudul Personal Rule of Charles I (Pemerintahan Perorangan Charles I). Kajian mendalam sebanyak seribu halaman ini tidak diragukan merupakan karya besar dalam penulisan sejarah Inggris sejak karya Carlyle "Revolusi Perancis". Dengan jumlah besar dokumentasi, dengan penilaian yang jujur dan jeli, dengan pertimbangan jauh dari kekaguman terhadap karakter raja itu sendiri, Sharpe menghancurkan doktrin politik yang bersikukuh bahwa langkah dari pemerintahan raja menuju pemerintahan oleh Parlemen merupakan evolusi dan karena itu lebih baik. Untuk jangka waktu tujuh tahun Charles 1, dengan membubarkan Parlemen, memerintah Inggris dengan kekuasaan langsung.

Sesungguhnya, dari sudut pandang kita sebagai orang Islam, kekalahannya disebabkan oleh doktrin berbahaya reformasi terhadap kekuatan oligarki kapitalisme yang sedang bangkit. Kisah kurun tujuh tahun pemerintahan Charles merupakan rekaman seorang raja yang mengandung kebijakan-kebijakan yang oleh Sharpe didefinisikan sebagai "Aspek-aspek fiskal dan reformasi yang berhubungan, yang dimaksudkan untuk mengembalikan ritus-ritus dan jurisdiksi yang hilang kepada Mahkota juga keuntungan dan pendapatan yang telah hilang."

Raja bergerak melawan perambahan hutan-hutan oleh para pemilik tanah. Ini merupakan skema ekologi baik untuk menjamin pasokan kayu kepada angkatan laut kerajaan maupun menjamin penanaman ulang. Penghancuran hutan mengancam pasokan bahan pewarna yang digunakan oleh industri pakaian. Sharpe menjelaskan '...hutan telah melindungi banyak orang yang hidup di jurang kemiskinan yang bergantung pada lingkungan mereka, limbah yang sah dan tanah milik bersama, untuk bertahan hidup. Pencakupan golongan nonbangsawan mengancam eksistensi itu demikian pula eksplorasi wirausaha atas tanah-tanah hutan untuk pabrik-pabrik.'

Dia menambahkan "Pemberontakan yang bangkit di hutan-hutan berasal dari penolakan penduduk terhadap cengkeraman aristokrasi yang telah diatur dalam hukum kehutanan yang lebih banvak melindungi daripada merusak. Dalam penegasan ulang hukum-hukum tersebut, dalam pengembalian ketertiban akibat kekacauan di hutan, dalam melestarikan kayu dan mengurangi limbah dan dalam melakukan sesuatu guna melindungi ritus-ritus yang lazim untuk mereka demikian pun untuk pihak Mahkota, habitat hutan untuk penghuni, adalah bagian dari program reformasi yang menjadi ciri pemerintahan perorangan". Raja memerintah dengan sebuah lembaga konsultasi yang disebut Privy Council. Sharpe mencatat "Pada tahun 1636 duta besar Venesia menulis bahwa Raja tidak melakukan apa-apa dan menentukan apa-apa kecuali sesudah konsultasi yang matang dan alot." Privy Council masih hidup dan menciut menjadi sebuah rumah cangkang rapuh dan dibuat tanpa arti. AJP Taylor mencatat yang berikut: Pada jam 10:30 p.m pada bulan Agustus 1914 Raja George V mengadakan konsultasi pribadi di Istana Buckingham yang dihadiri hanya oleh satu menteri (Lord Beauchamps, komisaris pertama pekerja) dan dua pejabat pengadilan. Dengan ini menjatuhkan sanksi proklamasi perang negara dengan Jerman dari pukul 11:00 p.m. Itu saja". Privy Council sekarang diwajibkan berdiri sementara monarki menerima briefing Parlemen, partai pun tidak memiliki kewenangan campur tangan dalam proses pemerintahan.

Sharpe mengamati apa yang dia namakan mentalitas serikat pekerja dalam pemerintahan Caroline, dengan meregulasi standar-standar dalam proses manufaktur dan upaya menghindari penipuan dan ketepatan tentang timbangan dan ukuran. Dia mendapatkan apa yang disebut "persepsi masih dalam keserasian dengan harga dan gaji yang jujur, yang jelas membedakan antara regulasi jalanan dan serikat pekerja, sebuah dunia ekonomi yang dijejali dengan keuntungan, bunga dan persaingan yang ditekan ke bawah demi kesejahteraan umum." Upaya pembelaan serikat kerja oleh Caroline, yang merupakan praktik Islam, menghindarkan kekuatan kapitalisme yang mencengkeram. Akhirnya, serikat pekerja mendorong timbulnya apa yang kemudian dikenal sebagai kaum proletariat, marka yang menunjukkan para pekerja tidak semata-mata tidak memiliki alat produksi tetapi mereka sendiri merupakan budak-budak. Seorang pekerja penerima gaji telah kehilangan kemerdekaannya, demikian kejam kekuatan Kekuasaan-Uang yang sedang bertumbuh yang telah mencapai tingkat perbudakan orang-orang bergaji.

Pada waktu Perang Napoleon mereka mampu memperkenalkan Pajak Pendapatan tanpa keluhan sama sekali dari rakyat, masyarakat yang telah memberontak terhadap pemerintahan monarki ketika harga satu pint bir dinaikkan bahkan hanya setengah peni. Pada peristiwa yang mungkin merupakan puncak degradasi, Perang Dunia II berhasil memberlakukan pajak penjualan pada hampir semua barang, yang secara sinis disebut pajak pertambahan nilai. Di bawah oligarki para bankir, penyingkiran kebebasan ekonomi bersifat mutlak. Tidak hanya akses terhadap kekayaan tetapi penggunaan dan gerakannya pun dipantau dengan cara-cara yang ekstrim berupa operasi polisi total global.

Hal ini mustahil tercapai tanpa mengkompensasi keterpurukan tersebut dengan sebuah kebebasan baru yang maha-meninabobokan. Solusinya ialah pengenalan bertahap kebolehan yang sama mutlak dan tanpa batas untuk mengumbar kebebasan seksual. Penulis terbesar Inggris pada tahun 1920-an dan 30-an, Wyndahm Lewis dengan tepat meramalkan apa yang terjadi dan mengingatkan orang akan mula-mula lepasnya ikatan-ikatan perkawinan, disusul kemudian oleh sejumlah relasi, dari hubungan badan tanpa nikah, perzinahan hingga tindakan homoseksual, yang pada hakekatnya bukan lepa dari moral puritan dan sejenis modernisme evolusioner tetapi dari kekuatan ekonomi dan kebebasan dalam perdagangan.

Semua ini memungkinkan kita sampai pada sebuah kesimpulan penting. Apa yang terjadi pada dunia ini pada seratus tahun terakhir yang disebut imperialisme sebetulnya merupakan serangkaian kejahatan yang seakan tak pernah merasa puas, yang tidak ada hubungannya dengan para kaisar dan raja-raja tetapi merupakan ranah unik bankisme. Para bankir, dengan menyingkirkan para raja, kemudian mendorong para penguasa boneka mereka ke depan, lalu mereka mulai menghancurkan dunia.

Edward VIII, pada waktu dalam pengasingan di Paris setelah dimakzulkan, ditanya pada suatu malam mengapa dia tidak tetap sebagai raja. Dia menjawab, "Untuk menjadi raja-rajaan? Aku tidak akan dapat berbuat apa pun. Mereka akan membuat aku tidak bisa berbuat apa-apa.'

PEWARISAN GENETIK
Kesultanan tertinggi di dalam Islam ialah Khalifah. Karena ini bukan otokrasi juga tidak serupa dengan negara sentralistik kaum kafir. Di samping khalifah, ada sejumlah penguasa pada tingkat lokal, yakni para amir dan gubernur. Islam adalah agama fitrah, yakni sepenuhnya selaras dan merupakan bagian dari alam itu sendiri. Dengan alasan ini, sebelum ayat khusus yang menjelaskan kedudukan khalifah dari sudut pandang al Quran hendaknya juga dicatat ayat berikut, firman Allah, subhanahu wa ta'ala, Surat al Furqan.

'Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin memgambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.'

Di sini Allah menggunakan akar kata Arab kha-lam-fa untuk menunjukkan gerak alam yang paling alami yang kita hayati sebagai makhluk manusia. Gerakan siang menyusul malam merupakan suksesi yang menjelaskan ketentuan permanen dalam semua kehidupan manusia. Dalam kaitan dengan pemerintahan, Allah secara khusus berfirman dalam Surat Shad:

'Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.'

Kekhalifahan dalam Islam menerima dimensi penegasnya dari Khalifah Abu Bakar as Sidik, ra. Ketika ada orang yang menyebut dia sebagai Khalifah Allah, dia mengoreksi orang yang berbicara itu dan mengatakan, "Aku adalah Khalifah Rasulullah." Setelah Khulafaurrasyidin, khalifah empat pertama, kekuasaan khalifah diberikan pada anak laki-laki Abu Sufyan dari Bani Umayah. Dari sudut pandang yang berakar dari pandangan kaum wahabi dan qutbi, baik Umayah maupun Abbasiyah dikecam, dengan cara menilai yang sangat sosialistik.

Realitasnya adalah bahwa Umayah menghadirkan kedudukan khalifah yang menjayakan Islam di Eropa dan Abasiyah memberikan kedudukan khalifah yang menjayakan Asia Tengah. Kehadiran kekuatan Islam yang besar hingga saat ini tidak terbayangkan tanpa sumbangsih Bokhara dan Tirmidh di Timur dan Seville serta Garanda di Barat. Dari kehadiran Umayah muncul kemenangan budaya dan sejarah pewarisan keturunan Sharifaah di kerajaan Alawiyah, Maroko. Karena latar belakang yang kuat inilah kerajaan tersebut mampu bertahan hingga saat ini dengan penguasa yang diturunkan dari keluarga. Sekalipun sebagai negara Muslim besar, dan bukan negara Islam kecuali hingga sebelum invasi Perancis, Raja Hasan II, setelah bertemu dengan delegasi Murabitun dari Granada, mengumumkan di depan publik selama bulan Ramadan terakhirnya bahwa dia akan menegakkan kembali kewajiban zakat. Ini setelah kepadanya disajikan Dinar dan Dirham emas Islam yang baru dicetak di Granada. Upaya penunaian sepenuhnya niat kuat ayahnya akan mengubah sejarah jaman kita.

Sekali lagi dalam pewarisan genetik kita lihat bagaimana hal ini dipahami oleh masyarakat Muslim pertama. Ketika Umar ibn Khattab diangkat orang di antara majelis pertamanya sebagai khalifah dia mengingatkan tindakan Rasulullah saw ketika beliau mengambil orang dan mengatakan, "Beliau mulai dengan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib." Umar kemudian membuat daftar kabilah-kabilah Quraysh', klan demi klan dan sesudahnya golongan Anshar dengan mengatakan: 'Mulai dengan keluarga Said ibn Muadh dari Aus dan sesudah itu, mereka yang terdekat dengannya.' Ini diriwayatkan oleh Az-Zuhri. Semua ini karena kepemimpinan dan kemampuan untuk memimpin diwariskan secara genetik. Harta milik berupa barang, tanah dan rumah dan kerajaan dapat diwariskan atau secara hukum dapat dialihkan status kepemilikannya.

Ada dua matra dalam pembuktian kepemimpinan, satu genetik dan satu lagi dari ujian. Dalam seni purba pertarungan banteng, yang sebenarnya bukan olahraga tetapi merupakan upacara keagamaan dan militer untuk menjamin keberanian dalam menghadapi kematian para pejuang Murabitun Muslim di Spanyol untuk mendapatkan banteng-banteng yang berani yang akan menyerang, segera mengembangkan program penangkaran. Di samping program penangkaran yang menghasilkan bibit unggul sampai hari ini muncul praktik Ujian atau Tienta. Jika seekor banteng diketahui pemberani, anaknya akan dibesarkan sebagai Toro Bravo.

Juga tidak diketahui secara luas pada saat ini karena kejahilan bahwa di Istana Topkapi, selama beratus-ratus tahun, gadis-gadis yang dipilih untuk harem Sultan dan kemudian sultan memilih dari situ, tidak berasal dari elit sosial kaum bermodal. Kejadian penyakit hemofilia yang merundung anak cucu keluarga besar Ratu Victoria karena pernikahan antarsaudara, terbalik dengan yang terjadi pada keluarga daulah Utsmaniah. Sultan-sultan kadang-kadang menikahi perempuan muda yang telah diambil sebagai tawanan dalam jihad. Hal ini bukan masalah primitif dan sederhana. Seleksi dan penapisan (skrining) perempuan-perempuan yang dianggap berkualitas untuk hidup di Topkapi amat sangat rumit. Bukan hanya para ibu sultan-sultan tetapi juga perempuan lain ikut mengawasi penapisan pada tingkat karakter, intelektual dan budaya, yang tidak sama dengan yang dewasa ini dipraktikkan oleh korporat-korporat besar kaum kafir.

Di satu sisi pencegahan perkawinan antarkeluarga merupakan keseimbangan, di sisi lain dilakukan dengan seleksi seketat mungkin materi genetik baru. Hal ini boleh jadi akan menyinggung seorang kafir yang berpendidikan tetapi sikap negatif dalam hal ini adalah absurd. Mereka menolak perkawinan yang diatur oleh orang tua tetapi tidak peduli dengan kencan lewat komputer dan internet. Mereka menolak pengaturan njelimet genetik yang melanggengkan daulah Utsmaniah selama beratus-ratus tahun sambil menyetujui bank sperma, penyewaan rahim dan pasangan orang tua sama-jenis.

Dalam Daulah Islam yang berfungsi, seperangkat kebolehan dan tabu pola genetik telah ditetapkan. Ketika pola itu diterapkan pada manusia maka akan dihasilkan keturunan unggul. Pada masyarakat kafir, dengan Amerika Serikat sebagai contoh terdepan, kita memiliki masyarakat bastar. Jika sebuah sandi genetik terlalu tertutup sebagai contoh di antara orang Indian Lacondonas, dengan rangkaian genetik yang terlalu mengerut, akan timbul degenerasi dan albinisme. Sementara di ekstrim yang lain dengan penghancuran unit keluarga dan nomadisme yang ditangguhkan karena mayoritas orang Amerika berpindah-pindah secara geografi lebih dari satu kali selama hidup mereka, terjadi pola penangkaran yang tidak teratur.

Di samping itu, akibat desktruktif dari riba terhadap masyarakat, menyebakan pengasuhan dan pemeliharaan anak-anak berlangsung tanpa unsur-unsur moral dan kasih sayang. Mengetahui siapa nenek-kakek kita merupakan dimensi struktur dan hidup bersama selama masa anak-anak bahkan merupakan kualitas yang lebih penting. Kapitalisme korporasi ekstrim yang saat ini berfungsi secara global bergantung pada penghapusan total keluarga dan ini pada gilirannya menjamin perbudakan tanpa akhir makhluk manusia sebagai komoditas berupa manusia-robot. Jadi ideologi riba yang mendominasi saat ini, dengan demokrasi dan humanismenya, pada kenyataannya merupakan pembudakan dan pemusnahan spesies manusia.

*)Dinukil dari buku Sultaniyya

Dibaca : 2510 kali


Bookmark and Share

lainnya
Index kategori : Artikel
Facebook   Twitter   Yahoo Group   You Tube   Baitul Mal Nusantara
© WAKALA INDUK NUSANTARA                                                                                                                        DISCLAIMER   SITEMAP   SITE INFO