NILAI TUKAR DINAR DIRHAM
24-07-2014 , Kamis Pagi

DINAR EMAS
Nisfu (1/2) Dinar - Rp. 0,-
Dinar - Rp. 0,-
Dinarayn - Rp. 0,-

DIRHAM PERAK
Daniq (1/6) Dirham - Rp. 0,-
Nisfu (1/2) Dirham - Rp. 0,-
Dirham - Rp. 0,-
Dirhamayn - Rp. 0,-
Khamsa - Rp. 0,-
Jakarta, 10 Oktober 2011
Balada Antri Emas dan Antisipasi Krisis
Sufyan al Jawi - Numismatik Indonesia
Sepanjang sejarah Indonesia, baru kali ini masyarakat antri untuk membeli emas. Mereka pun antri sejak subuh, karena PT Antam membatasi hanya 200 nomor antrian.

Hari masih gelap saat Andri (37 tahun) dan Fera (28 tahun) tiba di gedung PT Antam, di Jalan Pemuda, Pulo Gadung, Jakarta. Angka di jarum jam masih menunjukkan pukul 05.20. Rupanya mereka tidak sendirian, sudah puluhan orang yang duluan mengantri. Merekapun harus menuliskan nama dan menyerahkan KTP di Pos Satpam. Baru pada pukul 06.00 wib, nama-nama para pengantri tersebut dipanggil satu persatu untuk mendapatkan nomor antrian. Andri pun mendapat nomor 84, dan Fera mendapat nomor 85. Kejadian antri membeli emas di PT Antam sudah terjadi sejak pertengahan bulan Ramadhan 1432 H lalu, sejak 22-24 Agustus 2011.'

Rupanya, sebelum Andri dan Fera menyambangi gedung Antam, mereka sempat datang ke sebuah toko emas di Cikini, Jakarta. Namun oleh si penjual emas, mereka disarankan untuk membeli emas langsung di PT Antam. Tepat pukul 09.00 wib, mereka mendapat pemberitahuan stok emas yang tersedia, namun mereka masih harus menunggu harga emas terkini diterbitkan. Setelah harga emas diumumkan, barulah antrian membeli emas dimulai. Begitulah balada antri emas dituturkan kepada penulis.

Menurut stff pemasaran PT Antam, Nursyahrini, harga emas telah turun drastis sejak pecan ketiga September (20/9/2011). Tak aneh, peminat emaspun membludak. Meski begitu, antrian dibatasi hanya hingga 200 nomor. Satu orang pembeli juga hanya diizinkan membeli satu keeping emas per hari. Bahkan untuk membeli perak murni, mereka harus inden sampai 8 minggu.

Pada hari itu, stok emas hanya tersedia yang berukuran 5 gram, 25 gram, 50 gram dan 100 gram dalam jumlah yang terbatas. Selang satu jam berikutnya diumumkan emas yang tersedia adalah seberat 2 gram sebanyak 97 keping dan dan 2,5 gram sebanyak 100 keping. Sisanya telah terjual habis. Fera pun harus menelan kekecewaan lantaran emas batangan incarannya, ukuran 10 gram tidak ada. Akhirnya dia hanya boleh membeli satu keping emas 5 gram. 'Tak apa, daripada tidak mendapatkan emas batangan' ujar Fera. Sedangkan Andri beruntung bisa membeli 25 gram emas incarannya.

Ketika Fera menghubungi Wakala Keluarga Madani, stok dinar di sana kebetulan sedang kosong. Katanya dia sudah menghubungi beberapa wakala, dengan menyuruh adiknya telepon. Sedangkan wakala terdekat adalah Wakala Keluarga Madani, yang penulis kelola, Fera ingin menitipkan sejumlah uang kertas untuk menginden beberapa dirham, namun ini tidak dimungkinkan. Akhirnya saya sarankan dia untuk membeli emas batangn di sebuah took emas di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sebab dia telah kapok untuk membeli emas perhiasan karena ketidakjelasan kadarnya. Begitulah perjuangan orang-orang yang telah sadar atas rapuhnya sistem uang kertas, dan kembali ke dinar dirham.

Langkah Antisipasi Krisis Yang Kurang Tepat
Meskipun perekonomian Indonesia belum tentu bisa aman dari imbas krisis keuangan yang sedang berlangsung di Eropa dan Amerika Serikat (AS), namun pemerintah RI dan Bank Indonesia (BI) belum serius mengantisipasi dampak krisis global ini. Padahal, status ancamannya sudah berskala waspada. BI, bahkan bersikap nyeleneh - di saat bank sentral di tempat lain memborong emas untuk memperkuat devisa, BI menolak emas dicadangkan sebagai devisa. Anehnya justru dolar AS yang jelas sudah rapuh - dikumpulkan oleh BI.

Memang kini harga emas anjlok terhadap dollar AS, dan dollar AS menguat terhadap mata uang lain - termasuk rupiah. Dan untuk sementara, pejabat BI tersenyum, karena cadangan devisa RI penuh dengan dolar AS. Sehingga Pemerintah RI bersama BI sudah menyiapkan 3 (tiga) langkah antisipasi krisis.

Tiga langkah antisipasi Pemerintah Indonesia dan BI adalah 'pembelian kembali (buy back) SUN, intervensi BI terhadap rupiah, dan protokol krisis di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dukungan swasta dibutuhkan dalam pelaksanaan langkah antisipasi itu. Ekspansi pemerintah itu, untuk memperluas pasar dalam negeri, meningkatkan daya saign dan menekan pungutan-pungutan dalam perdagangan antar pulau.'

Tapi mereka lupa, bahwa di dalam negeri kita, produk-produk asing membanjiri pasar-psar kita, bahkan produk pertanian kita - buah dan sayur, termasuk garampun kalah bersaing. Importir asing termasuk Cina, disinyalir turut memborong emas perak Indonesia untuk memperkuat devisa mereka. Akibatnya, pengusaha produsen lokal banyak yang berganti profesi menjadi agen importir produk asing. Dan emas perak sulit didapat di Indonesia, harganyapun (emas batangan) di pasaran jadi lebih mahal dari harga yang diterbitkan PT Antam. Sementara di PT Antam hamper selalu kosong.

Anjloknya harga emas saat ini, seperti laut surut menjelang tsunami. Tiba-tiba dalam sepekan emas rontok dari $ 1.800/oz menjadi $1.600/oz, konon kabarnya karena faktor penguatan dolar AS atas ekspansi kaum spekulan besar. Dan bukan karena prestasi Pemerintahan AS - Barrack Obama.

Insya Allah, bila krisis ini memuncak, maka niscaya Indonesia langsung kena imbasnya, dolar AS menjadi sangat murah, dan rakyat RI yang terpuruk dalam kemiskinan, bukan para pejabat dan para politisi yang telah mengambil kebijakan yang kurang tepat itu! Untukmencegah dan menghindarinya: gunakanlah dinar emas dan dirham perak setiap kali bertransaksi. Semakin banyaknya koin-koin ini berada di tangan rakyat Indonesia, semakin kuatlah ekonomi masyarakat, dan dijamin tahan kriris.

Dibaca : 4575 kali


Bookmark and Share

lainnya
Index kategori : Artikel
Facebook   Twitter   Yahoo Group   You Tube   Baitul Mal Nusantara
© WAKALA INDUK NUSANTARA                                                                                                                        DISCLAIMER   SITEMAP   SITE INFO