NILAI TUKAR DINAR DIRHAM
11-10-2013 , Jum'at Pagi

DINAR EMAS
Nisfu (1/2) Dinar - Rp. 1.057.500,-
Dinar - Rp. 2.115.000,-
Dinarayn - Rp. 4.230.000,-

DIRHAM PERAK
Daniq (1/6) Dirham - Rp. 11.600,-
Nisfu (1/2) Dirham - Rp. 35.000,-
Dirham - Rp. 70.000,-
Dirhamayn - Rp. 140.000,-
Khamsa - Rp. 350.000,-
Cape Town, 20 Juni 2011
Era Republik Telah Berakhir
Shaykh Dr. Abdalqadir as-Sufi -
Salah satu karya terbaru Shaykh Abdalqadir as Sufi, The Muslim Prince (Madinah Press, 2009), memberikan panduan praktis bagi para pemimpin Muslim. Berikut adalah Muqadimah kitab tersebut.

Shaykh Dr. Abdulqadir as-Sufi (www.shaykhabdalqadir.com)

Runtuhnya secara total sistem finansial yang saat ini tengah kita saksikan membawa keniscayaan pada runtuhnya sistem politik yang tak bakal terpulihkan. Yang pertama didasarkan pada alat pembayaran yang bernilai abstrak, yang digerakkan oleh sistem riba, atau penggelembungan dalam transaksi. Adapun yang kedua disandarkan kepada kelas politisi profesional, dengan penggeraknya proses pemilihan umum atau seleksi berdasarkan jumlah pemilih (terbanyak). Kehancuran sistem perbankan dan sistem saham ini, dan hilangnya uang milyaran dalam beberapa detik, tidak saja menyingkapkan aspek magis satuan alat tukar mereka, tetapi juga menunjukkan bahwa baik para bankir, para broker, atau kelompok penguasa (demokratis) tidak melihat bahwa keruntuhan sistem tersebut akan segera terjadi. Sistem politik ini merupakan mekanisme kontrol yang amat diperlukan, yang memungkinkan para pemilik modal menguasai kekayaan dan dengan itu mengendalikan dunia.

Sebagaimana telah terbukti perbankan beserta instrumen-instrumennya dan institusi-institusinya tidak dapat terus diterapkan, demikian pula halnya dengan demokrasi; penyelenggaraannya dan kelembagaannya terbukti tidak dapat diterapkan. Segala protokol kekayaan dan kekuasaan, dua pilar kembar penopang masyarakat modern ini, telah runtuh.

Posisi perbankan dan parlemen yang cukup mistis pada hari ini adalah bahwa aturan negara dapat mencegah berulangnya efek anarkis yang menjadi modus operandi masyarakat modern di mana-mana. Usaha untuk memulihkan kembali kapitalisme ini gagal untuk menghadapi unsur teknis yang tanpa unsur tersebut ia tidak dapat berfungsi, yaitu riba. Diterapkannya riba dalam transaksi menunjukkan watak psikotis dan kompulsif pada asumsi bahwa penambahan ribawi itu bermoral, logis, dan sehat.

Demikian pula, peristiwa keruntuhan sistem finansial, menunjukkan dengan jelas bahwa kelas politisi adalah kelompok yang gagal, tetapi bersikeras sebagai kelompok yang akan memperbaiki keadaan, namun mereka hanyalah mengkhayal. Malangnya, keadaan tersebut juga mengungkapkan bahwa mereka benar-benar tercela dan jahat.

Presiden Prancis, yang sebenarnya seorang Hungaria, menyebut warga Muslim Perancis sebagai sampah. Dalam sebuah pemakaman para tentara yang terbunuh di Afganistan, di Paris, Perancis, sang presiden mengatakan kepada para sanak keluarga dan para pengawal mereka bahwa tugasnya sebagai presiden sungguh sangat berat. Salah seorang tentara mencibirnya. Kepemimpinan politik memang tidak punya rasa malu dan hati nurani. Ia mengirim pasukan ke medan perang dengan taruhan nyawa, namun ia tetap berpegang bahwa para politisi terbebas dari tugas militer. Sikap pengecut ini, yakni penolakannya untuk ikut serta berperang, adalah alasan yang kuat untuk membasmi kelas politisi. Merekalah sampah masyarakat.

Anarki sangat menjijikkan bagi orang yang berpikiran sehat, dan hukum alam menghendaki bahwa kevakuman yang terjadi hari ini, yang telah menyedot kekayaan dan kekuasaan ke dalam �lubang hitam�-nya, haruslah diisi. Kebutuhan inilah yang oleh Nietzsche didefinisikan sebagai transvaluasi nilai dari semua nilai, setelah nihilisme yang berlangsung sebelumnya.

Sistem finansial baru harus dikaitkan dengan sistem politiknya yang baru. Etos Islami inilah yang dengan licik dikaburkan melalui istilah yang diciptakan, yakni dialektika 'terorisme'. Keruntuhan sosial dewasa ini telah mengakhiri perang legendaris yang tiada henti dalam melawan teror. Dari reruntuhan itu, bangkitlah kebijakan sejati Masyarakat Islam.

Ini juga memiliki dua struktur.
Kekayaan yang didasarkan pada alat tukar yang memiliki nilai sejati/intrinsik, yakni mata uang Dinar dan Dirham yang Islami, dalam pasar pasca riba. Kekuasaan yang didasarkan pada pemerintahan personal, yakni Pangeran dalam puncak segala urusan, memimpin dengan musyawarah, secara terbuka, dan berdasarkan kepada kepercayaan.

Karya ini memberikan garis besar pedoman bagi pemimpin muda dalam sebuah masyarakat baru, ketika ia bangkit dalam cahaya matahari dan meninggalkan di belakang sisa-sisa api dan asap reruntuhan dari dua ratus tahun masa kegelapan.

Era Republik telah berakhir.

Era para Pangeran telah dimulai!

Catatan: Buku ini bisa dibaca di Perpustakaan Amirat Indonesia, Jl. M Ali no 2, Depok.


Dibaca : 2991 kali


Bookmark and Share

lainnya
Index kategori : Artikel
Facebook   Twitter   Yahoo Group   You Tube   Baitul Mal Nusantara
© WAKALA INDUK NUSANTARA                                                                                                                        DISCLAIMER   SITEMAP   SITE INFO