NILAI TUKAR DINAR DIRHAM
11-03-2013 , Senin Pagi

DINAR EMAS
Nisfu (1/2) Dinar - Rp. 1.186.000,-
Dinar - Rp. 2.372.000,-
Dinarayn - Rp. 4.744.000,-

DIRHAM PERAK
Daniq (1/6) Dirham - Rp. 11.600,-
Nisfu (1/2) Dirham - Rp. 35.000,-
Dirham - Rp. 70.000,-
Dirhamayn - Rp. 140.000,-
Khamsa - Rp. 350.000,-
Cape Town, Afrika Selatan, 13 April 2011
Jihad Hari Ini
Shaykh Dr. Abdalqadir as-Sufi -
Ini adalah cara yang mudah dan jalan menuju kesuksesan. Sukses hanyalah milik Allah.

Ini sangat penting! Anda jangan berpikir bahwa dunia ilmiah adalah dunia fakta. Anda harus memahami bahwa di balik teknologi adalah sebuah pemikiran, adalah filsafat. Filosofi ini tidak didirikan, juga tidak diverifikasi di abad terakhir ini. Para filsuf metode ilmiah telah dalam krisis. Dasar-dasar berpikir ilmiah telah runtuh. Ini yang tidak mereka ajarkan pada Anda di universitas-universitas.

Mereka telah mencerabut orang-orang yang mengetahui hal itu dan menempatkan mereka di tempat khusus. Mereka seperti kaum khass [sedikit orang terkemuka], dan mereka telah dianugerahi bahasa yang para ilmuwan sekarang tidak bisa mengerti. Semua orang yang mempelajari ilmu ibarat orang yang memperbaiki sebuah mobil. Para spesialis filsafat ini duduk di sudut dan berkata, "Tidak ada persediaan bensin. Mobil tidak akan jalan." Dunia pendidikan yang kini ada seragam di Maroko, Aljazair, Afrika Selatan, dan Australia - di mana-mana - telah membagi ilmu menjadi beberapa bagian.

Dunia Tak Masuk Akal
Ekonom hanya memahami ekonomi. Fisikawan memahami fisika. Psikolog memahami psikologi. Tapi mereka tidak bisa berbicara satu sama lain dan mereka tidak memahami dunia. Yang dikatakan para ahli biologi disangkal dalam bahasa para filsuf. Apa yang filsuf katakan disangkal oleh para psikolog. Apa yang dikatakan para psikolog disangkal oleh para ekonom. Mereka hidup di dunia yang tidak masuk akal. Hari ini kita telah mencapai titik di mana dunia sosial, dunia politik, dengan logika sendiri telah menuju sistem satu-dunia. Semua pesawat memiliki sistem yang sama, jaringan listrik memiliki sistem yang sama. Jika Anda memiliki gangguan mental, jika Anda menjadi gila, kita akan menggunakan sistem yang sama, seperti sebuah mesin, untuk memperlakukan Anda. Semuanya bekerja secara seragam, di mana-mana.

Kufur, adalah sebuah sistem yang melemahkan orang. Sistem ekonomi merupakan bencana bagi masyarakat, secara internal maupun eksternal. Tugas kita bukanlah untuk melawan sistem ekonomi tetapi untuk keluar darinya, sebelum bencana jatuh di atas kita. Dengan keluar dari situ Anda juga aktif membantu mempercepat keruntuhannya. Untuk melakukan ini kita harus melihat hal-hal dengan cara yang berbeda: berpikir secara berbeda dan berperilaku berbeda.

Dalam hal ini, Islam adalah kebalikan dari "makhluk ekonomi". Makhluk ekonomi - orang yang hidup dalam pola yang diberikan oleh sistem ekonomi - dilatih untuk berpikir sebagai pengamat mutlak (subyek) yang melihat keluar pada dunia (obyek). Ini adalah dasar dari filsafat barat tradisional di mana ilmu pengetahuan modern dan ekonomi didasarkan. Dengan dasar ini, makhluk ekonomi berpikir bahwa riba adalah masalah ekonomis dengan beberapa jawaban yang ekonomis pula. Dia mungkin punya pertanyaan, bagaimana saya bisa memerangi masalah riba?

Dalam cara mempertanyakan ini diasumsikan bahwa riba adalah sesuatu di luar sana, sementara si penanya berada dalam gelembung plastik terisolasi darinya, tapi ini bukan bagaimana hal sesungguhnya. Si penanya secara aktif berpartisipasi dalam riba, yang dia pikir sebagai masalah, namun ia sendiri adalah bagian dari masalah. Dia adalah masalah. Tanpa pengakuan ini Anda akan bertempur melawan ilusi Anda sendiri.

Pentingnya Ikhsan

Pengakuan ini memiliki penjelasan dalam pengetahuan tentang Ihsan, yang membuat kita dapat memahami bahwa kita bukan pengamat dunia, kita bukan pengukur dunia tetapi kitalah yang sedang diamati. Allah mengamati kita. Dia adalah Sang Pengukur, bukan kita. Hanya dengan landasan ini kita bisa memahami tanggung jawab kita, ketimbang melarikan diri darinya. Hanya dengan demikian kita bisa menjadi tuan dari situasi kita, bukan budak dari situasi kita.

Kita memahami bahwa tidak ada sesuatu pun yang akan menghentikan kita dari menyingkirkan praktek riba, kecuali diri kita sendiri. Kemudian pertanyaan "Bagaimana cara memerangi riba?" harus diganti dengan "Bagaimana seharusnya kita mengubah perilaku kita sehingga kita tidak perlu riba lagi?" Jika kita berpikir dengan cara ini kita berada dalam posisi yang lebih baik untuk menyarankan jawaban yang tepat. Saat ini perilaku kita sendiri menuntut keberadaan bank dan sistem moneter mereka.

Oleh karena itu jika kita membuang bank-bank riba tetapi terus berperilaku dalam cara yang sama, kita hanya akan berakhir dengan menciptakan sebuah bank. Tidak ada yang akan berubah bila kita menyebutnya sebagai "bank syariah" sekalipun. Kita harus mengubah perilaku kita. Untuk melakukan itu kita harus berpikir secara berbeda. Dan untuk berpikir secara berbeda kita harus mengingkari bahwa karakteristik utama dari manusia adalah karakteristik ekonomi. Kita bukan unit-unit ekonomi.

Kita menyangkal apa yang Islam sangkal. Kita menyangkal praktek riba dari ekonomi modern dan kita menyangkal cara berfikir yang mereka sebut Ekonomi itu. Kita menyangkal sistem perbankan dan sistem uang kertas. Kita menyangkal sifat administratif negara.

Kita nyatakan berakhirnya ekonomi berdasarkan dua afirmasi: perdagangan tanpa riba, dan pemerintah tanpa negara.

Kita menyerukan orang-orang merdeka untuk secara bebas berperilaku dalam kerangka hukum kita. Kita akan menciptakan sebuah masyarakat yang berbeda bentuknya. Masyarakat di mana Qirad merupakan sebuah kelaziman, tanpa bank atau adanya kebutuhan akan bank. Itu adalah masyarakat dengan agen - perwakilan, bukan bank, tapi agen. Para agen membawa orang bersama-sama, tanpa mereka sendiri terlibat membentuk sebuah institusi. Mereka mempertemukan satu orang dengan orang lain untuk membuat bisnis.

Agen itu ibarat mak comblang di desa yang mengatakan anak muda ini dapat menikahi wanita muda itu, dan mengatur pernikahan. Tanpa dia pernikahan tidak akan pernah terjadi. Para agen yang ada di tengah-tengah masyarakat, membentuk sebuah bagian organik dari itu, membawa orang yang mereka kenal bersama-sama dan belum tentu demi mencari uang. Kekayaan agen adalah kejujuran dan reputasi yang baik. Dia bersaing dalam kejujuran dengan yang lain. Yang terbaik dari mereka adalah orang yang lebih jujur, karena itu lebih banyak orang akan mepercayakan kepadanya kekayaan mereka. Maka dia tidak perlu pergi kepada orang-orang tetapi orang-orang datang kepadanya.

Pengetahuan tentang Allah-lah yang akan mencegah seorang agen dari menjadi robot seperti 'manusia ekonomi' itu. Saat ini adalah masa di mana ada orang, beberapa dari mereka adalah Muslim, menganggap dirinya sebagai penganggur. 'Menanggur atau bekerja' adalah pengkondisian ekonomi. Muslim tidak sepatutnya menganggap dirinya dalam kategori ini. Kita�melampaui itu karena kita memiliki pengetahuan.

Kaum Muslim menggunakan metafora ini untuk menjelaskan suatu pengetahuan: "Manusia ibarat seekor semut yang begitu dekat dengan selembar karpet sampai-sampai ia tidak dapat melihat desain karpetnya". Pengetahuan mengangkat kita dari karpet, dan karpet itu adalah dunya.

Orang yang 'menganggur atau bekerja' secara rohani begitu dekat dengan karpet, yang menemukan dirinya cuma antara dua pilihan entah sama sekali tidak berguna atau membutuhkan gaji dari beberapa usaha dalam sistem riba saat ini. Semua bisnis hari ini bergelimang dengan riba, karena mereka semua dipaksa untuk berurusan dengan uang kertas riba, yaitu uang-ciptaan-bank. Kalaupun, misalnya, dia tahu bahwa bank itu tidak baik, tetapi ia berpikir bahwa ia tidak memiliki pilihan yang lebih baik. Dia bekerja untuk negara, meskipun dia tahu negara adalah kriminal. Bahkan para pengusaha yang mereguk keuntungan dalam sistem riba adalah seorang budak. Semua orang telah gagal untuk memahami sifat dunya dan mereka adalah hambanya. Cara untuk keluar darinya terletak pada Islam. Kita perlu Islam yang paling murni.

Dan ini, demi Allah, ada di tangan kaum muslimin. Jihad di zaman kita kini adalah menghapuskan riba.

Ini adalah cara yang mudah dan jalan menuju kesuksesan. Sukses adalah milik Allah.


Dibaca : 2619 kali


Bookmark and Share

lainnya
Index kategori : Artikel
Facebook   Twitter   Yahoo Group   You Tube   Baitul Mal Nusantara
© WAKALA INDUK NUSANTARA                                                                                                                        DISCLAIMER   SITEMAP   SITE INFO