NILAI TUKAR DINAR DIRHAM
24-07-2014 , Kamis Pagi

DINAR EMAS
Nisfu (1/2) Dinar - Rp. 0,-
Dinar - Rp. 0,-
Dinarayn - Rp. 0,-

DIRHAM PERAK
Daniq (1/6) Dirham - Rp. 0,-
Nisfu (1/2) Dirham - Rp. 0,-
Dirham - Rp. 0,-
Dirhamayn - Rp. 0,-
Khamsa - Rp. 0,-
Cilincing, Jakarta Utara, 11 Agustus 2011
Kebangkitan Kaum Pengusaha Dhuafa
Sufyan al Jawi - Numismatik Indonesia
Siapa bilang orang miskin tidak bisa jadi pengusaha? Dengan modal kecil, kaum dhuafa di Jakarta Utara bangkit membangun kewirausahawanan.

Berapa sih modal yang dibutuhkan untuk membuka usaha? Ternyata bisa dengan 1-2 dirham saja, seseorang mulai menjadi pedagang. Penulis membuktikannya sendiri. Dengan modal sekecil itu, ternyata bisa menghasilkan uang buat belanja rumah tangga. Penulis menjual sabun cuci piring, dan Alhamdulillah laris manis. Dari modal dua dirham ini, saya mendapat kan dua bungkus Monalight (sabun cuci piring cair), yang dari setiap bungkusnya saya mendapat kan untung Rp.1000-Rp.2000. Rata-rata laba saya Rp. 1500 / bungkus. Dengan omset 40 bungkus, maka saya mendapat hasil Rp.60.000 (sekitar 1 dirham).

Itulah cara berdagang para sahabat Nabi ketika mereka terpuruk secara finansial di Madinah, tahun 1-4 Hijriyah. Banyak sahabat Nabi, sallalahu alayhi wa sallam, ketika memulai berdagang setelah hijrah, dengan modal yang sangat kecil. Hanya menjual beberapa Sha kurma atau gandum.

Ketika Abdurrahman bin Auf menginjakkan kakinya di Madinah, beliau hanya minta di tunjukan letak pasar. Dan dengan modal awal beberapa dirham, beliau memulai jualan minyak samin atau zaitun. Tak begitu lama berselang, Abdurrahman bin Auf melamar seorang Muslimah dengan mahar 1 dinar. Beliau termasyur sebagai sorang sahabat Nabi yang sangat dermawan, setiap kali beliau berinfaq dan shadaqoh, setiap kali itu pula hartanya justru semakin bertambah. Ketika beliau wafat, Abdurrahman bin Auf mewariskan kepada empat istrinya, masing-masing 70.000 dinar, atau sekitar Rp 129 milyar, bila dihitung dengan rate hari ini.

Shodaqoh Jariyah Menolong Kaum Dhuafa
Di tengah suasana pembagian zakat mal sebesar 10 dirham dari Muzaki Bpk H.Agam (5 dirham) dan ibu Vera (5 dirham) kepada personil Istana Dhuafa, Koja, Jakarta Utara (5/7/2011), semangat dan tekad untuk merubah derajat dari Mustahik menjadi Muzaki semakin kuat, Caranya, mereka berupaya menjadi pengusaha, dan menggunakan dirham juga dinar sebagai modalnya

Sebut saja, Prayuda (25th), motor dari lembaga pendidikan gratis Tadikka Istana Dhuafa yang mengajarkan muamalah kepada anak usia dini dan remaja, kini membangun home industry sabun cuci piring dengan merak dagang Monalight di atas. Begitu pula dengan Dian Mayang Sari dan Nur Rachmah, mereka membangun industri rumahan lain, Sobat Coklat (SOCO). Juga Ashari, Andi Kaisar, Endang Permana dan Deni Selamet, mereka membentuk warung muamalat, dengan kegiatan sebagai grosir dam eceran sembako, kripik singkong dan Pisang Paris.

Tak mau ketinggalan, Pak Tatang Buchori - drop point Wakala Keluarga Madani (eks al Faqi) membuat industri rumahan juga, dengan produk sabun mandi. Begitu pula penulis sendiri sedang membuat usaha manisan buah dan syirup buah tanpa bahan kimia. Tekad kami, membuat produk yang halal dan aman bagi kesehatan, tentu dengan kualitas bagus, namun dengan harga murah, agar mampu bersaing dengan produk kapitalis.

Pak Yusuf, pengelola Anamart pun menasihati, apapun bisa kita produksi, tetapi yang penting, kita harus bisa menjualnya. Untuk membuka pangsa pasar dari produk-produk tersebut , kami sepakat membuat pasar keliling Kafilah Fatahilah, tentunya sebagai anggota Jawara Dinar. Dan kami akan mengajak pedagang pasar keliling tradisional yang masih ada disekitar Jakarta Utara.

Untuk modal usaha, bisa dimodali sendiri, dengan melakukan syirkah, qiradh, atau memjalankan waqaf produktif. Berbekal sedekah sebanyak 40 dirham dari Baitul Mal Nusantara (diberikan oleh Amir Zaim Saidi), dan 10 dirham dari Ibu Aurolla, beberapa keluarga, Insya Allah mampu berwirausaha.

Inilah saatnya kita semua bangkit untuk berwirausaha. Jangan kuatir untuk memulai usaha. Sebagai Muslim, jangan pernah berharap untuk menjadi kuli dan budak dari sistem kapitalis. Para dermawan yang ingin membantu membangkitkan kewirausawahanan Islam ini memberikannya dalam berbagai bentuk, seperti qordul hasan atau sumbangan sedekah. Baik langsung kepada para calon usahawan tersebut, atau melalui Baitul Mal Nusantara (BMN)

Dibaca : 3118 kali


Bookmark and Share

lainnya
Index kategori : Artikel
Facebook   Twitter   Yahoo Group   You Tube   Baitul Mal Nusantara
© WAKALA INDUK NUSANTARA                                                                                                                        DISCLAIMER   SITEMAP   SITE INFO