NILAI TUKAR DINAR DIRHAM
24-07-2014 , Kamis Pagi

DINAR EMAS
Nisfu (1/2) Dinar - Rp. 0,-
Dinar - Rp. 0,-
Dinarayn - Rp. 0,-

DIRHAM PERAK
Daniq (1/6) Dirham - Rp. 0,-
Nisfu (1/2) Dirham - Rp. 0,-
Dirham - Rp. 0,-
Dirhamayn - Rp. 0,-
Khamsa - Rp. 0,-
Cape Town, 05 November 2012
Kepalsuan Sapaan Ya Akhi
Shaykh Dr. Abdalqadir as-Sufi -
Persaudaraan dan persatuan Islam tidak bisa dicapai dengan �lip service' tetapi melalui amal nyata. Sebuah pesan yang disampaikan pada Moussem 1991, tapi sangat relevan untuk hari ini.

A'udhu billahi min asy-setan-ir-rajim.
Bismillah ir-Rahman ir-Rahim

Saya ingin menyampaikan beberapa hal tentang persaudaraan. Saat ini umat Islam, ketika mereka bertemu di mana saja, berkata, 'Kita harus bersatu.' Di antara kelompok modernis satu hal telah diperkenalkan dan mereka menyapa satu sama lain, 'Wahai Saudaraku!' - 'Ya akhi!' Ini kedengarannya benar tetapi tidak benar. Mengapa? Ini bukan Sunnah.

Sunnah Rasul, sallallahu 'alaihi wa sallam, dalam hal ini sangat, sangat, halus. Dia menggunakan dua bentuk sapaan: baik untuk meninggikan seseorang atau karena dia menghormati mereka, ia akan menyapanya secara resmi dengan nama keluarga mereka, maka jika ia menyukai orang tersebut ia akan mengikuti praktek orang-orang Arab yang memanggil seseorang dengan nama putra mereka.

Jadi dia memiliki dua standar: satu untuk yang dekat, satu yang jauh. Yang pertama adalah bahwa jika ia menghormati seseorang atau dia ingin memberi mereka harga diri ia meninggikan mereka dan memanggil mereka dengan nama resmi mereka, nama ayah mereka - 'Ibnu Fulan' dan bagi orang yang dekat dengan dia-�Bapak Si Fulan.-Abu Fulan'. Dalam kedua kasus ini ia mengakui apa pun tempat atau maqom yang mereka miliki. Segala sesuatu yang merupakan Sunnah memiliki hikmah.

Tentu saja, kita tahu dari Al Qur'an dan dari Sunah bahwa kita adalah saudara, tetapi penggunaan kata 'akhi' di kalangan umat Islam adalah pada saat khusus, dan ketika digunakan itu biasanya digunakan dalam bentuk jamak untuk menyapa kelompok. Ketika orang-orang modern berkata, 'akhi', apa yang sesungguhnya mereka katakan pertama-tama adalah, 'Kita semua adalah sama, Dan ini adalah demokrasi, dan ini berujung pada perlakuan mereka terhadap Rasul salallahu'alaihi wa sallam, astaghfirullah.

Mereka akhirnya berkata, 'Dia hanya seorang negarawan, hanya seorang jenderal.' Mereka merendahkan dia, dan ini bertentangan dengan ungkapan Allah Subhanahu wa Ta'ala: 'Kami telah menjadikan kamu karakter yang agung' - khalqil-'Adhim. Ini adalah kebalikannya.

Hilangnya Adab
Kita dapat mengatakan bahwa kurangnya adab yang tepat terhadap Rasul menghasilkan adab yang salah di antara Muslim. Anda tidak menjadi saudara dengan mengatakan, 'akhi.' Anda tidak memiliki persatuan dengan mengatakan, 'Kita harus bersatu.' Anda menjadi saudara dengan saling menghormati dan menerima, sebab keluarga bertahan karena mereka menerima satu sama lain, dan mereka saling memaafkan. Apa yang merekatkan umat Muslim lebih tinggi dari apa yang merekatkan keluarga. Toleransi dan memaafkan di antara mereka lebih tinggi.

Terpecahnya kaum Muslim menjadi tujuh puluh tiga sekte adalah karena kurangnya rasa hormat dan kurangnya penerimaan. Akar penyakit ketidakpuasan dengan kelompok lainnya pada intinya adalah mereka mengatakan, 'Saya yang benar, dan saya hanya menyukai orang yang mengatakan apa yang saya katakan.' Namun Dien Islam tidak didasarkan kepada apa yang dikatakan si A atau si B, Dien adalah transaksi pribadi Anda dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan Maliki Yawmid-Deen. Anda harus membayar tagihan Anda kepada Allah. Yawmid-Deen ini bukan untuk menyatakan ideologi Islam yang mana yang benar, tapi untuk menyatakan tanggung jawab Anda kepada Allah.

Pertemuan sosial terbesar dari umat Islam adalah ibadah haji. Semua aturan ibadah haji adalah aturan individu - Anda harus menyelesaikan hal-hal itu sendiri. Inti dari fenomena Islam adalah pertanggungjawaban pribadi. Seseorang yang berdiri di depan Allah merupakan inti permasalahan. Pesan yang dikirim melalui Rasul Allah, sallallahu 'alaihi wa sallam, adalah bagi seseorang yang menerimanya, karena ketika ia mendapatkan wahyu dalam surat-surat Mekah, Allah berbicara kepada individu. Ketika ia mendapatkan surat-surat Madinah, ia berbicara kepada kelompok, sehingga apa yang terjadi pada kelompok didasarkan kepada apa yang terjadi pada seseorang.

Kita semua tahu cerita indah tentang bagaimana Sayyiduna Umar, radiyallahu 'anhu, menjadi Muslim. Jika tidak ada guncangan dalam diri 'Umar Ibn al-Khattab ini tidak akan ada peta yang menunjukkan ekspansi umat Islam! Realitas ada dalam hati orang-orang karena amal tergantung dari niyat - dan niyat ada di dalam hati. Rasul, sallallahu 'alaihi wa sallam, berkata, 'Ada segumpal daging dalam tubuh manusia dan jika Anda dapat menjaganya, orang ini aman dari Allah.' Hati adalah mata air dari mana tindakan datang karena Allah telah menunjukkan bahwa Jannah adalah untuk orang-orang yang memiliki kadar ini. Seseorang tidak dapat membuat gerakan Islam karena itu seperti memulainya dari luar dan bukan dari dalam. Setiap orang harus mengatakan, 'Ini adalah tugas saya.'

Orang itu kemudian harus bergerak ke luar, ia harus menjadi sosial. Lalu ia harus berperilaku dengan benar. Ada dua cara seorang lelaki dapat memandang eksistensi: pertama ia akan mengatakan bahwa kesalahan ada di luar sana, dan yang lain akan mengatakan, 'Kesalahan ada dalam diriku.' Jika saya dapat menempatkan diri dengan tepat, itulah hal yang paling bisa saya lakukan. Allah telah menciptakan manusia untuk belajar hanya dalam satu cara yaitu imitasi. Ini adalah cara pembelajaran yang dimiliki oleh spesies tinggi - dari monyet ke atas! Ini adalah bagian dari ciri kebinatangan kita, namun imitasi pada manusia memiliki dimensi spiritual.

Jika saya meminta anda untuk melakukan sesuatu, sesuatu hal akan terjadi, tapi itu adalah informasi. Jika saya melakukannya dan Anda melihatnya, dan Anda memahaminya, maka Anda akan melakukannya dengan cara itu. Hal ini disebut belajar. Begitulah yang namanya Sunnah. Rasul melakukannya, dan karena para Sahabat memahaminya mereka meneruskannya - mereka tidak mencatatnya dalam buku, mereka merekamnya dengan amal. Jadi saya tidak harus mengatakan, 'akhi' karena tindakan saya telah membuktikan saya adalah akhi Anda.

Para penyair mengatakan bahwa ketika cinta itu dinyatakan berakhirlah ia, hilang. Inilah rahasia utama dari seluruh transaksi Islam. Ini adalah hal yang dari hari pertama sampai akhir, Rasul terus berbicara tentang semua itu melalui nabawiahnya. Kaum Muslim adalah seperti dua tangan yang menggenggam. Jika Muslim Badui terkena duri di telapak kakinya di padang pasir, mereka yang ada di kota ikut merasakan nyerinya. 'Jangan katakan pada saya hal-hal yang menentang Anda, saya ingin hadir dengan opini yang baik tentang Anda.' Sepanjang waktu, Rasul, sallallahu 'alaihi wa sallam, telah membangkitkan para Sahabat untuk menjadi yang terbaik dari segala ciptaan. Al-Deen al mu'amalah.

Untuk membuat persaudaraan hanyalah dengan Anda bersikap benar. Sidi Ali al-Jamal dari Fes berkata, 'Seorang pria berpengetahuan dapat mendirikan seluruh kota, tetapi seluruh kota tidak dapat menghasilkan satu orang berpengetahuan.' Tidak ada Departemen Pendidikan, pendidikan adalah transmisi dan manusia adalah seperti kamera: jika anda menaruh objek di depannya saat ia klik tombolnya, karena cahayanya pada objek, gambarnya akan tercetak pada dirinya.

Amal Ahlul Madinah
Adab tidak diajarkan lewat mulut. Adab diajarkan melalui imitasi. Apakah adab terbesar? Salat-yakni adab kepada Allah, Subhanahu wa Ta'ala. Bagaimana kita mendirikan Salat? Seribu empat ratus ratus tahun kemudian, karena ia melihat Dia, yang melihatnya, yang melihat dia, selama empat belas ratus tahun, kita tahu bagaimana mendirikan shalat. Tidak satu orang untuk satu orang, tapi Madinah al-Munawarra. Itulah sebabnya Imam Malik radiyallahu 'anhu, berkata, 'Jangan bilang padaku bahwa si anu mendapatkannya dari si anu, yang mendapatkannya dari si anu, atau kita akan kehilangan Deen. Di sini orang yang mendapatkannya dari Rasul telah meneruskannya.'

Ini yang disebut Amal Ahl al Madinah. Ini adalah dasar pengajaran Islam, ini bukan soal madhhab, ini soal Dienul Islam. Itu sebabnya Ibnu Taimiyyah, yang tidak terhubung dengan Imam Malik dengan cara demikian, berkata, 'Tanpa amal Ahl al Madinah kamu tidak akan mendapatkan Islam.'

Bahkan mengajari seorang anak keseluruhan Al-Qur'an, tidaklah cukup. Mengapa? Aisha, radiyallahu 'anha, ditanya tentang Rasul, 'Seperti apakah dia?' Dia berkata, 'Ia seperti Qur'an Berjalan.' Inilah yang kita sebut 'Kitab wa Sunnah', dan ini adalah apa yang harus ditransmisikan. Hal ini tidak diajarkan oleh guru sekolah, bukan informasi, melainkan perilaku, amal. Jika Anda menjadikan amal untuk memamerkan sesuatu, maka Anda akan kehilangan kehormatan seseorang.

Untuk menggambarkan hal itu dengan sebuah cerita ringan: imam masjid di London pernah memanggil saya dan berkata, 'Shaykh Abdalqadir, saya ingin menunjukkan bagaimana kita semua adalah saudara.' Ada seseorang yang sangat gemuk dengan Tarboosh, tanpa berjenggot, dan dia berkata, 'Untuk menunjukkan bahwa kita adalah bersaudara saya izinkan Anda berjabat tangan dengan orang besar ini, ia adalah mufti Beograd.' Sang mufti Beograd, yang tanpa jenggot, melihat imam tersebut dan berkata, 'Mufti Besar dari Beograd!' Jadi dia telah meninggikan dirinya dan saya menjadi rendah!

Kebalikan dari itu: saya mengirim beberapa orang untuk bertemu seorang Shaykh tasawwuf di pegunungan Atlas dan mereka tinggal bersamanya selama tiga hari, dan mereka berkata, 'Dia bukan seorang Shaykh.' Saya bertanya, 'Kenapa?' Mereka berkata, 'Bukan, bukan. Kami tahu. Dia bukan seorang Shaykh.' 'Apa yang terjadi ketika Anda sampai di sana?' tanyaku. Mereka berkata, 'Nah, ketika kami tiba di sana ia pergi dan menimba air untuk WC, kemudian ketika kami keluar dia membawakan kami kurma dan susu. Kemudian dia mengharuskan anak-anaknya mengambil semua pakaian kami dan mencucinya.'

Saya berkata, 'Lalu apa yang terjadi?' Mereka berkata, 'Lalu dia membawa kami ke hammam untuk mandi, lalu ia menyuguhi kami makan.' 'Lalu apa yang terjadi?' Aku bertanya, dan mereka mengatakan, 'Itu semua, selama tiga hari.' Saya berkata, 'Saat Anda pulang, apa yang terjadi?' Mereka berkata, 'Dia memberi kami setas penuh kurma ini untuk Anda, buah zaitun ini, dia memberi kami semua burnoose dan tiga ratus dolar, dan berkata,' As-salaamu'alaikum'.'

Saya berkata, 'Jika itu bukan seorang Shaykh saya tidak tahu seperti apa seorang Shaykh itu!' Semua pelayanan. Apa ini? - Secuil tentang bagaimana Rasulullah, sallallahu 'alaihi wa sallam, mengisi hari pertama hidupnya.

Dan itu bukan terutama urusan para suyukh, itu adalah urusan setiap Muslim, dan siapa pun yang melakukan ini, Shaykh, pemimpin, negarawan, partai politik dan dia adalah orang yang memiliki kemenangan, karena sesiapa yang melayani - semua ciptaan akan melayani dia. Inilah politik Islam.

Dibaca : 3496 kali


Bookmark and Share

lainnya
Index kategori : Artikel
Facebook   Twitter   Yahoo Group   You Tube   Baitul Mal Nusantara
© WAKALA INDUK NUSANTARA                                                                                                                        DISCLAIMER   SITEMAP   SITE INFO