NILAI TUKAR DINAR DIRHAM
24-07-2014 , Kamis Pagi

DINAR EMAS
Nisfu (1/2) Dinar - Rp. 0,-
Dinar - Rp. 0,-
Dinarayn - Rp. 0,-

DIRHAM PERAK
Daniq (1/6) Dirham - Rp. 0,-
Nisfu (1/2) Dirham - Rp. 0,-
Dirham - Rp. 0,-
Dirhamayn - Rp. 0,-
Khamsa - Rp. 0,-
Depok, 21 Februari 2012
Lebih Dekat dengan Kesultanan Kelantan
Zaim Saidi - Direktur Wakala Induk Nusantara
Kesultanan Kelantan adalah kesultanan pertama di Malaysia yang akan segera kembali ke Dinar dan Dirham. Menyusul Kesultanan Sulu dan Kesultanan Kasepuhan.

Koin-koin Dinar dan Dirham Kelantan yang selama ini dikenal dan digunakan oleh masyarakat berasal dari Pemerintah Negara Bagian Kelantan. Ini berbeda dengan Kesultanan Kelantan. Sebagai negara nasional yang berbentuk 'federasi kesultanan' Malaysia memang unik. Negara-negara bagian penyusunnya adalah kesultanan, tetapi sultan-sultannya bukanlah pemegang kendali pemerintahan resmi, tetapi ada di tangan 'Menteri Besar', yang dipilih melalui proses pemilu layaknya negara bersistem demokrasi lainnya. Para sultan di Malaysia memang masih memiliki peran dan posisi resmi, tapi dibatasi hanya pada 'urusan agama'.

Sedangkan kewenangan pencetakan dan pengedaran Dinar dan Dirham, menurut syariat Islam, dan yang berlaku salama ini, harus berada di tangan para sultan. Karena itu kabar dari Shaykh Umar Vadillo yang pada pertengahan Februari 2012 bertemu dengan Sultan Kelantan, Sultan Muhammad V, dan menyatakan bahwa Sultan Kelantan akan mencetak Dinar Dirham dan menarik zakat atas namanya, merupakan kabar sangat menggembirakan. Ini merupakan kesultanan ketiga yang akan melakukan hal yang sama. Yang perama adalah Kesultanan Sulu, atas nama Sultan Bantilan Muizuddin II, dan yang kedua adalah Kesultanan Kasepuhan Cirebon, atas nama Sultan Kasepuhan XIV, Sultan Arief Natadiningrat.

Sejarah Awal Kesultanan Kelantan
Seperti halnya kesultanan di Nusantara pada umumnya, Kesultanan Islam Kelantan, berdiri di abad ke-14. Menurut catatan sejarah pada tahun 1411 M (814 H), Negeri Kelantan mulai dipimpin oleh seseorang bernama Raja Kumar. Namun, pakar-pakar sejarah belum dapat menentukan dari mana asal Raja Kumar. Hanya ada sebuah data yang menyebutkan bahwa Raja Kumar pernah menjalin hubungan dengan Raja China. Raja Kumar mangkat pada tahun 1418 M. Sesuai gelar dan namanya Raja Kumar kemungkinan besar adalah seorang Hindu, dan terkait erat dengan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Campa.

Ia digantikan oleh Sultan Iskandar Syah, yang diketahui secara pasti telah beragama Islam. Sultan Iskandar Syah mangkat pada tahun 1465 M. Ia kemudian digantikan oleh Sultan Mansur Syah. Pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah, Kelantan mencapai masa kejayaan. Setelah Sultan Mansur Syah mangkat pada tahun 1526 M, Kesultananan Kelantan terus diperintah oleh keturunannya, sampai saat ini, dengan pasang surut dan dinamika politiknya sendiri. Pada abad ke-17, misalnya, Kesultanan Kelantan sempat terpecah belah akibat tumbuhnya kesultanan lain di sekitarnya. Bahkan sempat ditundukkan oleh Kesultanan Pattani, di sebelah utaranya (kini menjadi bagian dari Thailand).

Pada akhir abad ke-18, di bawah Long Yunus, yang memerintah Kelantan antara tahun 1775-1794 M, Kelantan kembali utuh. Ia dikenal sebagai pemimpin yang mampu menyatukan kembali seluruh wilayah Kelantan in, yang sebelumnya terpecah-pecah hingga menjadi ke dalam satu kesatuan. Dalam perkembangan masa modern, Kesultanan Kelantan menjadi salah satu bagian dari 14 negeri dalam federasi Kerajaan Malaysia. Kelantan yang juga disebut dengan nama Negeri Kelantan Dar'ul Naim kini dipimpin oleh sultan ke-29.

Kesultanan Kelantan Kini
Secara geografis Kesultanan Kelantaan Dar'ul Naim terletak di wilayah utara Semenanjung Malaysia, berbatasan dengan Thailand sekarang. Ibukotanya adalah Kota Bharu. Jumlah penduduknya sekitar 1.4 juta orang, dengan komposisi 95% adalah puak Melayu, yang beragama Islam. Sisanya puak Cina dan India. Saat ini kaum Muslin Kelantan masih terjebak pada sistem politik sekuler, sistem demokrasi, meski didominasi oleh partai 'Islam', yaitu PAS.

Kesultanan Kelantan kini diperintah oleh Duli Yang Maha Mulia Sultan Muhammad ke-V (lahir 6 Oktober 1969; umur 42 tahun), Ia adalah Sultan Kelantan ke-29, yang dinobatkan sebagai Sultan Kelantan pada 13 September 2010 atau 4 Syawal 1431 Hijrah. Sebelumnya beliau bergelar Tengku Mahkota Kelantan (sejak Oktober 1985). Nama lengkapnya adalah Tengku Muhammad Faris Petra lbni Sultan lsmail Petra, merupakan putera Sulung Sultan Kelantan, Sultan Ismail Petra Ibni Al-Marhum Sultan Yahya Petra. Sebelumnya, sejak 24 Mei 2009, Putra Makhkota ini telah diangkat sebagai Pemangku Sultan Kelantan, setelah ayah beliau Sultan Ismail Petra ibni al-Marhum Sultan Yahya Petra mendapat perawatan di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura. Sesudah menjadi Sultan Kelantan ia bergelar sebagai Sultan Muhammad V.

Jadi, di masa Sultan Muhammad V inilah Pemerintahan Kelantan mulai mencetak dan mengedarkan Dinar dan Dirham Kelantan. Hanya saja, Dinar dan Dirham ini, belum resmi menjadi mata uang Kesultanan Kelantan, tapi masih berada di bawah kewenangan Menteri Kuangan Kelantan, yaitu Dato' Husam Musa. Ia bukan dari keluarga Kesultanan Kelantan, melainkan politisi dari Partai Islam PAS, yang memang berkuasa di Kelantan. Shaykh Umar Ibrahim Vadillo, selama ini, bertindak sebagai CEO Kelantan Gold Trade, badan khusus yang menangani koin Dinar dan Dirham, yang didirikan secara khusus di bawah Pemerintahan Kelantan. Menteri Besar Pemerintahan Kelantan adalah Nik Abdul Aziz Mat, yang merupakan atasan Dato' Husam Musa, dan sangat mendukung pencetakan dan pengedaran Dinar Dirham di Kelantan.

Secara syariah, keadaan seeprti ini belumlah sepenuhnya memenuhi syarat. Karena kewenangan pencetakan dan pengedaran Dinar dan Dirham (beserta fulus nantinya) harus berada di bawah seorang sultan. Tetapi, saat ini, tengah terjadi perubahan. Dari hasil pertemuan antara Sultan Muhammad V dan Shaykh Umar Vadillo, pertengahan Februari 2012 baru-baru ini, telah diputuskan Sultan Muhamad V akan mencetak Dinar dan Dirham Kelantan atas namanya. Dengan demikian akan resmi menjadi mata uang syariah di bawah sultan.

Keputusan Sultan Muhammad V ini adalah keputusan seorang sultan di Nusantara yang ke-3. Sebelumnya Sultan Sulu, Sultan Bantilan Muizzuddin II, dan Sultan Arief Natadiningrat dari Kesultanan Kasepuhan Cirebon, telah lebih dahulu memutuskan akan mencetak Dinar dan Dirham atas nama masing-masing. Ketiga sultan ini akan mencetak Dinar dan Dirham dengan standar dari World Isalmic Mint (WIM). Maka, ketiganya, akan menjadi koin DIanr dan Dirham yang berlaku secara umum, diterima dengan tanpa syarat di tiga wilayah kesultanan tersebut.

BIla koin-koin ketiga kesultanan ini sudah mulai dicetak dan diedarkan, diharapkan sekitar pertengahan 2012, maka Nusantara pun kembali bersatu. Kamum muslim di Filipina-Malaysia-Indonesia kembali berada dalam satu payung, Satu Umat dengan Satu Mata Uang, Dinar dan Dirham, dengan Nusantara sebagai satu kesatuan. Apalagi bila sultan-sultan lain di wilayah Nusantara lainnya mengikuti jejak ketiga sultan ini.

Dibaca : 2921 kali


Bookmark and Share

lainnya
Index kategori : Artikel
Facebook   Twitter   Yahoo Group   You Tube   Baitul Mal Nusantara
© WAKALA INDUK NUSANTARA                                                                                                                        DISCLAIMER   SITEMAP   SITE INFO