NILAI TUKAR DINAR DIRHAM
24-07-2014 , Kamis Pagi

DINAR EMAS
Nisfu (1/2) Dinar - Rp. 0,-
Dinar - Rp. 0,-
Dinarayn - Rp. 0,-

DIRHAM PERAK
Daniq (1/6) Dirham - Rp. 0,-
Nisfu (1/2) Dirham - Rp. 0,-
Dirham - Rp. 0,-
Dirhamayn - Rp. 0,-
Khamsa - Rp. 0,-
Cirebon, 28 November 2011
Mereka Yang Dirindukan Rasulullah
Mimin Mintarsih - Pengguna Dinar Dirham
Sebuah catatan kecil dari seorang pengguna dinar dirham di Cirebon.

12 November 2011
Pagi subuh sudah memanggil, memaksa mata kita untuk membuka, karena memang Allah ciptakan pagi subuh untuk kita. Sebelum subuh di antara kita sudah ada yang bangun menata akalnya, dengan bercengkrama dengan rabb-Nya. Subhanallah, Allah ciptakan waktu untuk kita bisa berbuat banyak dalam hidup ini, mungkin dengan niatan terpendek kita, agar kita bisa membawa oleh-oleh untuk Sang Pencipta, yang telah banyak memberi, tak terhingga, tak terhitung...Dan selalu memberi.

Hari ini pikiran saya tidak di rumah, namun di Cirebon sana. Dua sahabat saling bahu-membahu untuk rencana kegiatan pertemuan di Langgar Agung Keraton Kasepuhan. Bu Onya sekeluarga, dan Pak Zainal sekeluarga. Saya libatkan nama sekeluarga, karena tanpa keluarga dua orang yang aktif ini tak akan bisa bergerak dengan tenang. Dan ternyata, Subhanallah, saya melihat sendiri suami Bu Onya, mendampingi istrinya, membantu istrinya dan tak tanggung tanggung mengantar katering yang disediakan untuk acara itu. Semua dikerjakan dengan keikhlasan.

Di bawah ini sedikit catatan yang ada di Note HP saya, karena saya tidak membawa catatan kertas .

Pagi jam 06:45 WIB
Saya bersama keluarga mulai bergerak ke Cirebon, anak-anak Alhamdulillah tidak begitu rewel dan Yahya sesekali melontarkan rasa senangnya, karena mamahnya mau ke Cirebon ikut pertemuan Dinar Dirham.

'Nanti Mamah dapat Dinar ya?' ujarnya. 'Mamah jualan nanti dapat Dirham ya?', dan seterusnya.

Saya tanggapi lontarannya dengan santai bahwa ini hanya pertemuan saja, namun akan berkelanjutan menjadi ajang silaturrahim untuk menggunakan Dinar Dirham sebagai alat tukar. Kadang-kadang dengan mata sipitnya yang melotot dia tak percaya kalau dirhamnya bisa ditukar dengan barang.

'Maaah, dirham ini nanti memang bisa ditukar jadi apa saja?'

'He he he ..Iya sayaaang, bisa-bisa banget, dengan kekuatan masyarakat Islam untuk menegakkan muamalah di masyarakat, salah satunya keluarga kita, semoga termasuk di dalamnya..'

Dengan hati berdebar kami mengejar waktu yang terus bergerak. Di perjalanan saya sempatkan diri menelepon Bu Onya, kadang beliau yang balik menelepon, berkirim kabar karena ada perasaan yang sama, kecemasan acara ini bakal berlangsung dengan baik atau tidak.

Alhamdulillah dengan panduan adikku yang bertindak sebagai sopir, saya bisa sampai ke Kasepuhan. Terlihat di gerbang Bu Onya dan Pak Zaenal sudah bolak balik tidak tinggal diam menyiapkan acara ini. Akhirnya saya pun bisa memasuki Langgar Agung yang dijadikan tempat pertemuan, disambut Pak Ciptadi dan Pak Budi, yang betugas menerima tamu.

'Salam kenal, Pak.' Saya malah belum ketemu kedua sahabat saya itu, Bu Onya dan Pak Zaenal yang entah kemana. Dan, seperti bukan dengan orang asing, saya sebut nama Pak Devid, yang sedang duduk dengan dua pria lainnya, yang ternyata itu suami Bu Onya dan penjaga Langgar. Pak Devid kaget dan menanyakan siapa saya,

'Alhamdulillah saya bisa bertemu bapak, yang telah banyak saya timba ilmunya, walau belum pernah bertemu.'

Interaksi dengan Dinar Dirham menjadikan kami bisa merasakan silaturrahim maya yang bermanfaat. (Besok apa kudu pasang Profile Pict yang besar ya biar wajah ini terlihat jelas? Tapi, saya tak suka itu.)

Acara pun berlangsung, setelah yang datang lumayan banyak, belasan orang datang. Begitu dimulai Pak Abdarrahman, Ketua Paguyuban Jawara Pusat, menyedot perhatian kami, mengupas tentang Dinar Dirham. Pak Abdarrahman datang dengan gagah, memakai baju batik buatan Bu Onya, begitu juga pak Devid, keduanya sangat welcome, membagikan ilmunya.

Acara pun dibuka oleh Pak Zainal dan dipandu beliau. Pak Abdarrahman (saya suka sebut lengkap, agar berarti, yaitu Hamba yang Maha Rahman) menerangkan dengan tenang apa tujuan dia bertemu dengan kami di Cirebon. Sedikit saya catat uraiannya.

Pak Abdarrahman memulai dengan mendekatkan diri untuk saling mengenal.

'Kita disini bertemu bukan karena dinar dirhamnya, tapi karena Allah. Yang Allah berikan kepada kita ilmu, ilmu ini dari Allah tapi lama kelamaan hilang, apa itu? Muamalah. Ya karena dengan muamalah kita harus pergunakan dinar dirham sebagai takaran/ukuran suatu barang. Muamalah itu syaratnya ada alat tukar ini, dinar dirham. Dan satu lagi yang membuat kita sedih, karena muamalah hilang, hilang juga satu pilar Islam, runtuh, yaitu zakat. Bila zakat runtuh, maka Islam runtuh juga. Kenapa? Karena zakat hanya dhitung dengan dinar dirham bukan yang lain. Bukankah selama ini kita lihat di masyarakat, terutama zakat maal, prakteknya tidak dihitung dengan dinar dirham tapi emas seberat 85 gram? Padahal ada aturan bila orang sudah mempunyai harta 20 Dinar atau 200 dirham dan sudah sampai haulnya maka keluar zakatnya sebesar 0.5 dinar atau 5 dirham.'

Ia melanjutkan, 'Ketika Islam runtuh. kita diam saja. Bayangkan dengan kasus sholat yang memakai bahasa Indonesia, banyak muslim yang bereaksi. Mestinya kesiapan kita pun sama ketika melihat pilar Islam, zakat, runtuh. Millah kita runtuh, dan hanya bisa dikembalikan dengan muamalah, pemakaian dinar dirham dalam kehidupan. Bukan dengan cara yang lain.'

Pak Abdarrahman, mengungkapkan pula, bahwa kehadirannya di Cirebon karena kerinduan akan bertemu dengan orang yang Rasulullah, sallalahu alayhi wa sallam, sebut 'Saudaraku' Kerinduan untuk bertemu orang yang dirindukan oleh Rasulullah, sallalahu alayhi wa sallam, sampai-sampai para Sahabat bertanya:

'Siapa mereka ya Rasulullah?'

'Mereka adalah orang-orang yang mencintaiku tanpa melihatku, mereka yang menegakkan sunnahku ketika sudah menghilang.'

'Dan mereka senilai 40 kali yang lain,' ujar Rasul, sallalahu alayhi wa sallam.

'Apakah maksudnya 40 kali orang dari zaman kami atau di zaman mereka?'

'Di masa kalian!' Jawab Rasulullah.

Subhanallah, beruntunglah mereka yang dirindukan Rosulullah untuk bertemu di SurgaNya nanti.

'Bila saya memandang para bapak dan para ibu, mata saya seakan sedang memandang orang orang yang dirindukan oleh Rasulullah, sallalahu alayhi wa sallam, ini. Karena bapak dan ibu adalah orang yang disebut Rasulullah, sallalahu alayhi wa sallam, sebagai 'Saudaraku'. Kenapa? Karena kitalah yang akan menegakkan sunnah Rasul yang sudah lama menghilang ini, yaitu bermuamalah menggunakan dinar dirham sebagai alat tukar dalam keseharian.' Begitu ungkap beliau yang membuat saya merinding mendengarnya...bersambung

Dibaca : 3006 kali


Bookmark and Share

lainnya
Index kategori : Artikel
Facebook   Twitter   Yahoo Group   You Tube   Baitul Mal Nusantara
© WAKALA INDUK NUSANTARA                                                                                                                        DISCLAIMER   SITEMAP   SITE INFO