Jakarta, 11 September 2012
Rakyat Ternate Tolak Uang Kertas
Zaim Saidi - Direktur Wakala Induk Nusantara

Sebuah catatan sejarah menunjukkan bahwa Rakyat Ternate menolak uang kertas dan mempertahankan uang perak.

Rakyat Kesultanan Ternate ternyata pernah mencoba mempertahankan mata uang perak mereka meski harus dibayar dengan nyawa. Hal ini terungkap dari catatan sejarah yang ditulis oleh tokoh Maluku yaitu Des Alwi, dalam bukunya Sejarah Maluku, Banda Naira, Ternate, Tidore dan Ambon (Dian Rakyat, 2005). Sebagaimana disampaikan olh Pak Nurman Kholis, Peneliti Lektur dan Khazanah, Badan Litbang Kementerian Agama, di Hotel Desa Wisata, Taman Mini Indonesia Indah, Kamis, 30 Agustus 2012, lalu, uang kertas dipakai karena dipaksakan dari pihak penjajah.

Pak Nurman, mengutip buku Des Alwi ((h. 548-549), mengisahkan fragmen sejarah berikut:
Residen Saparua, van den Berg mengumpulkan patih-patih dan raja-raja. Ia berkata: 'Perdagangan bebas dilarang dan tindakan akan diambil terhadap pedagang-pedagang yang melanggarnya. Pembayaran akan dilakukan dengan uang kertas.'

Peraturan ini langsung diberlakukan sebagaimana terjadi di sebuah toko yang didatangi beberapa orang pembeli. Salah seorang dari mereka mau membayar dengan uang kertas.

Tetapi pegawai toko itu tidak mau menerimanya.

Pegawai Toko: 'Bayar dengan uang perak!.'

Pembeli pun berkata: 'Saya tidak mau uang kertas. Saya kasih uang perak harus kembali uang perak.'

Pegawai toko bertanya: 'Jadi kamu tidak mau uang kertas?' Ia memberi isyarat kepada seorang serdadu: 'Dia tidak mau terima uang kertas.'

Serdadu pun mencambuk pembeli yang tidak mau menerima uang kertas itu yang disaksikan oleh van den Berg dan Patih Haria.
Dengan gamblang Pak Nurman menguraikan benang merah sejarah, ketika kekuatan kolonial secara sistematis menjalankan kekuasaan penjajahannya melalui instrumen uang kertas, sejak abad ke-17. Maka, Pak Nurman, dengan tepat, memberikan judul makalah pembedahan buku karya Des Alwi, tokoh sejarah Maluku, sebagai 'Sejarah Penjajahan dengan Senjata dan Uang Kertas dalam Buku Sejarah Maluku' Karya Des Alwi/

Dari penggal fragemen sejarah di atas jelas terlihat upaya penjajah memaksakan penerimaan kertas sebagai alat tukar, sementara perak dan komoditi yang lain, mereka rampas. Sebuah modus yang kini mengalami pencanggihan saja sebagaimana dilakukan oleh para bankir, di mana seluruh komoditi, khususnya emas dan perak, didemonetisasi, dan sebagai gantinya disodorkan kertas tak bernilai. Akibatnya adalah perampokan terus berlangsung secara sistematis dan sistemik.

Kajian dari Pak Nurman ini menjadi sangat penting, dan relevan, berkaitan dengan keputusan Sultan Ternate saat ini, Sultan Mudaffar Sjah II, untuk mencetak dan mengedarkan kembali koin Dinar emas dan Dirham perak atas namanya. Tindakan Sultan Ternate menemukan rangkaian historisnya. Dari ungkapan kajian ini juga menjadi jelas bahwa jalan kembalinya kemakmuran, jalan bagi penghentian penjajahan modern, adalah memalui penggunaan kembali Dinar emas dan Dirham perak.

Fajar kemerdekaan sejati bangsa Nusantara dari penindasan sistem riba telah dengan jelas nampak: dari barat dari Kesultanan Kasepuhan Cirebon, dan dari timur Kesultanan Ternate. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan kemampuan kepada para sultan di Cirebon dan Ternate untuk memimpin kembali umat Islam menegakkan syariat Islam. Amin.