NILAI TUKAR DINAR DIRHAM
05-06-2013 , Rabu Pagi

DINAR EMAS
Nisfu (1/2) Dinar - Rp. 1.078.500,-
Dinar - Rp. 2.157.000,-
Dinarayn - Rp. 4.314.000,-

DIRHAM PERAK
Daniq (1/6) Dirham - Rp. 11.600,-
Nisfu (1/2) Dirham - Rp. 35.000,-
Dirham - Rp. 70.000,-
Dirhamayn - Rp. 140.000,-
Khamsa - Rp. 350.000,-
Cape Town, Afrika Selatan, 07 Juni 2011
Orang-Orang Yang Merdeka
Abdassamad Clarke -
Ilusi kebebasan terus memenjara manusia di "Zaman Hutang" ini dalam perbudakan. Bagaimana membebaskan diri darinya?

Laki-laki dan perempuan merdeka merupakan fondasi tatanan masyarakat yang sehat. Mereka dibedakan dari para budak. Secara klasik ada dua rute ke perbudakan: peperangan dan utang, karena jika seseorang bangkrut di masa itu ia menjadi budak kreditornya. Kondisi yang terakhir ini memiliki resonansi khusus untuk kita hari ini yang dengan cepat telah menjadi Zaman Utang.

Ada beberapa jenis budak yang berbeda. Ada budak rumahan dan pertanian dan ada budak yang bisa keluar dan bekerja di dunia luar dengan keahlian atau keterampilan yang mereka miliki dan atas imbalan untuk membayar daribah kepada pemiliknya demi izin untuk hal itu. Sekarang daribah dipahami oleh setiap orang Arab modern sebagai 'pajak penghasilan' (PPh). Dengan begitu, sifat terselubung dari kondisi zaman kita kini menjadi terungkap jelas: kita adalah budak yang diizinkan untuk bekerja dan mendapatkan uang di luar dengan syarat bahwa kita membayar pemilik kita, dalam hal ini negara, berupa pajak penghasilan (PPh) atas penghasilan dan kerja keras kita.

Bagi seorang muslim, satu-satunya 'pajak' adalah membayar zakat, yang diambil oleh kolektor (amil) yang ditunjuk oleh seorang amir dan diberikan olehnya kepada delapan kategori yang diperbolehkan untuk menerimanya. Jadi, sementara kita memperdebatkan kebebasan berbicara dan kebebasan dalam pemilu, dll, kita telah kehilangan kemampuan melihat fakta bahwa kita telah lama menyerahkan kebebasan penting untuk menolak perampasan kekayaan kita melalui perpajakan, dan menerimanya sebagai imbalan atas hak demokratis untuk memilih orang yang akan mengambil dan mengelola perpajakan itu 'atas nama kita', seolah-olah kita secara mental atau secara hukum tidak kompeten, atau memang, seperti budak yang tergantung pada pemiliknya. Namun, masih ada yang lebih buruk lagi.

Slave Master Yang Tersembunyi

Ternyata, pemerintah terpilih yang berperilaku sebagai tuan kita itu sendiri tidak lebih dari pelayan yang diwajibkan bertugas untuk mengatur pengumpulan dan pembayaran daribah yang bermuara ke bank, yang sampai saat ini terus tetap tersembunyi sebagai slavemasters yang sebenarnya. Oleh karena itu, situasi kita bahkan lebih buruk daripada budak, dapat dibandingkan lebih dekat dengan ternak yang digembala oleh para budak itu.

Tingkat daribah yang diminta oleh bank, bahkan lebih hebat lagi dalam menghancurkan kekayaan dan kebebasan kita, lewat berbagai perangkat akuntansi yang memungkinkan mereka untuk menciptakan uang dari udara hampa, dan kemudian mengenakan bunga majemuk baik kepada pemerintah, perusahaan, maupun perorangan, yang memiliki sedikit pilihan selain meminjam dari uang beredar yang tanpa henti terus disulap itu. Hal ini menyebabkan munculnya tidak saja berbagai biaya tambahan dan pajak yang dikenakan pada hampir setiap tahap dari proses hidup kita, tapi juga inflasi umum yang menggerus kekayaan kita yang sudah berkurang itu.

Kerusuhan sipil yang tengah terjadi di Timur Tengah seolah telah mengangkat 'bendera kebebasan', tetapi tetap berada dalam kungkungan budak dan perbudakan. Mereka ingin memilih secara bebas dan adil 'budak-budak' yang kemudian akan memerah mereka seperti kambing yang diperah susunya, sementara mereka pasti tidak akan punya pilihan atas bank yang menerbitkan uang bohongan - uang kertas yang tak bernilai- dan menarik upeti dari pemerintah dengan cara yang, cepat atau lambat, mengakibatkan kehancuran ekonomi secara keseluruhan dan seluruh masyarakat itu sendiri.

Peringatan kami di sini, dari Barat [kedua penulis adalah warga Norwich, Inggris, red] untuk saudara-saudara muda kita di Timur Tengah, adalah bahwa tidak adanya perbudakan tidak berarti ada kebebasan. Tanpa laki-laki dan perempuan yang merdeka secara spiritual dan memiliki integritas intelektual menuntut kemandirian atas naluri makhluk individual mereka, bukan saja tidak ada jalan untuk melarikan diri dari tirani terbuka itu, tetapi juga tidak ada perlindungan dari ilusi tentang kebebasan.

Di manakah orang-orang yang benar-benar bebas merdeka itu? Mereka ada dalam diri Anda (jika Anda tidak terlalu membuang-buang waktu), mereka adalah di antara Anda (jika kondisi mendukung mereka), atau boleh jadi mereka masih harus dilahirkan, apapun kondisinya, mereka harus diberdayakan. Ilmu-ilmu din kita yang mulia yang telah diabaikan memegang kunci untuk pemulihan mereka, dan tanpa membuka kunci kombinasi dinamika dalam dan luarnya, Anda tidak akan menciptakan kondisi untuk munculnya mereka, dan Anda tidak akan tahu bagaimana mengenali mereka atau bagaimana membina mereka - tapi tahu bahwa tanpa mereka, Anda akan tetap terpenjara dalam sebuah labirin asap dan cermin yang memperlihatkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya dalam sejarah umat manusia.

La haula wa la quwata ila 'billahi alliyil' azhiim.

Abdassamad Clarke dan Uthman Ibrahim- Morrison


Dibaca : 2204 kali


Bookmark and Share

lainnya
Index kategori : Artikel
Facebook   Twitter   Yahoo Group   You Tube   Baitul Mal Nusantara
© WAKALA INDUK NUSANTARA                                                                                                                        DISCLAIMER   SITEMAP   SITE INFO