NILAI TUKAR DINAR DIRHAM
02-11-2011 , Rabu Pagi

DINAR EMAS
Nisfu (1/2) Dinar - Rp. 1.119.500,-
Dinar - Rp. 2.239.000,-
Dinarayn - Rp. 4.478.000,-

DIRHAM PERAK
Daniq (1/6) Dirham - Rp. 11.083,-
Nisfu (1/2) Dirham - Rp. 33.250,-
Dirham - Rp. 66.500,-
Dirhamayn - Rp. 133.000,-
Khamsa - Rp. 332.500,-

HARGA EMAS PERAK DUNIA


[Most Recent Quotes from www.kitco.com]
[Most Recent Quotes from www.kitco.com]

Depok, 20 Juli 2010
Mudah dipalsu, kenapa dipertahankan?
Sufyan al Jawi - Numismatik Indonesia
Selama uang kertas diwajibkan kepada warga negara, selama itu pula kejahatan berjaya. Uang kertas mudah dipalsu, uang emas dan perak tidak bisa dipalsu.

Umumnya orang sudah paham, kalau uang kertas mudah dan rawan dipalsukan. Bahkan pemalsuan dengan kualitas "super" tak mustahil akan mengecoh kasir bank, dan diterima sebagai laiknya uang yang sah. Maka konsep 3 D (dilihat, diraba, diterawang) yang digencarkan oleh Bank Indonesia (BI) menjadi sia-sia. Karena bagi uang palsu (upal) kualitas super, metode 3 D sudah usang! Kualiatas cetaknya sudah setara dengan Perum Percetakan Uang RI (Peruri), sehingga sulit dideteksi, karena nyaris sempurna. Bahkan sudah ada yang sempurna, hanya nomor serinya kembar dengan yang dikeluarkan BI. Dan baru ketahuan bila kasir bank menemukan keduanya dalam satu transaksi, atau yang populer disebut sebagai uang nomor seri ganda, kasir pun menjadi bingung, mana yang asli? Sebab tak mungkin seri uang ganda?

Di tahun 1999-2002, upal super ini dijuluki sebagai Uang Cendana, maksudnya uang kertas yang konon dicetak oleh Geng Cendana. Oleh sebab itu, BI setiap 5-6 tahun sekali menerbitkan uang kertas emisi baru. Salah satu faktornya adalah untuk mencegah pemalsuan, dengan menerbitkan uang baru, pemalsu butuh waktu lagi untuk mengikuti tren uang baru. Padahal pemalsuan uang kertas sulit diberantas. Orang cendrung tergiur oleh murahnya bea produksi uang kertas, sementara nominal uang kertas dihargai sangat tinggi melebihi intrinsiknya.

Adapun yang sering ditangkap oleh polisi, dan menjadi langganan media massa, adalah para pemalsu uang kertas kualitas rendahan. Seperti baru-baru ini diberitakan oleh Republika, Rabu, 19 Mei 2010 (Waspadai Beredarnya Uang Palsu di Pemilukada). Yang menarik dari cuplikan beritanya adalah pernyataan Pimpinan BI Cabang Bengkulu, Causa Imam Karana, Selasa (18/5), seperti dikutip Antara: Ia menghimbau warga Bengkulu agar hati-hati menerima mata uang pecahan Rp 50.000 dan Rp 100.000, karena mudah dipalsukan. Nah, seorang pimpinan BI saja mengakui kalau uang kertas mudah dipalsu! Namun pernahkah anda berpikir, kalau uang kertas yang ada di tangan anda adalah benar-benar terbitan BI? Sebab BI sendiri saja, dalam mencetak uang kertas tak selalu setia mencetak di Peruri. Asalkan kualitas hasil cetak memenuhi standar dengan ongkos cetak yang murah, Rupiah pun dicetak di sana, sesuai dengan kebutuhan BI. Persoalan ini sempat menjadi sengketa (perang dingin) antara Peruri dengan BI. Peruri meradang ketika BI menenderkan pencetakan uang kertas Rp 2000 dan Rp 20.000 kepada pihak lain, alasannya bea cetak di Peruri mahal, dan jumlah produksinya tidak bisa memenuhi permintaan BI. Artinya apa? Artinya, persoalan asli atau palsu pada uang kertas, sangat tergantung kepada mutu hasil cetak, bukan soal siapa otoritas penerbitnya! Asalkan kualitasnya standar, maka uang kertas itu dianggap sah. Inilah bahaya laten dari diwajibkannya uang kertas kepada warga negara. Yaitu timbulnya mafia yang berlindung di balik rentannya sistem keuangan bank sentral.

Mafia uang kertas di mana-mana
Kasus seperti ini bukan hanya terjadi di negeri kita, bahkan hampir merata di banyak negara, uang kertas diproduksi secara serampangan. Seperti di Malaysia, yang tidak memiliki pabrik uang kertas, Bank Negara Malaysia, terpaksa mencetak Ringgit di beberapa percetakan uang di luar negeri. Karena kebijakan bank sentral yang mengadakan tender lelang untuk mencetak uang kertasnya, guna mencari harga yang murah. Maka peluang timbulnya kasus uang bernomor seri ganda, semakin besar. Sebab tidak mustahil ada oknum yang mencari kesempatan, dengan menggelembungkan jumlah uang kertas yang dicetak, melebihi order yang diamanahkan. Meskipun penomoran uang, dilakukan di bank sentral tersebut, toh numerator mudah dilakukan di mana, saja asalkan standar. Maka tak heran, bila tak ada satu otoritas pun, baik itu bank sentral atau pemerintah manapun, yang mampu mendata pasti berapa banyak uang kertas mereka yang telah beredar di negaranya. Semakin luas peredaran mata uangnya, semakin sulit untuk melacaknya. Dalam kondisi seperti ini, warga negaralah yang sangat dirugikan dengan sistem uang kertas, yaitu munculnya inflasi.

Uang kertas yang sangat populer dipalsu adalah dollar USA dan euro, tapi dollar yang paling banyak dipalsukan orang. Pemalsunya, mulai dari negara-negara di Afrika, Asia, Eropa, Australia, Amerika Latin, bahkan di negara Paman Sam sendiri. Siapapun yang memiliki kemampuan, bisa mencetak dollar. Jadi dollar bukan lagi monopoli The Fed (bank sentral USA). Untuk mengatasi masalah ini, The Fed meniru langkah BI, yaitu rutin menerbitkan dollar emisi baru setiap 5-6 tahun sekali. Apalagi sejak pemalsuan besar di tahun 1988, di mana kualitas cetak upal semakin bagus, sehingga di pasar, orang sulit membedakan mana dollar yang asli dengan yang palsu. Seperti kasus yang mencuat di tahun 2006, yaitu Korea Utara yang mencetak dollar USA sebesar $ 550 juta pertahun (AFP/Reuters/Sindo, 3 Nov 2006).

Pemalsuan uang kertas, sering juga dilakukan oleh pemerintah yang sedang bertikai dengan negara lain. Seperti pada Perang Dunia I dan II, negara-negara yang terlibat perang, saling memalsukan uang kertas negara lawannya. Inggris memalsu mark, dan Jerman memalsu poundsterling. Jepang memalsu dollar, dan Amerika memalsu mata uang pendudukan Dai Nippon, Sekutu menyebar upal Dai Nippon itu ke Malaya, Jawa, dan Philipina. Begitu pula ketika Amerika Serikat gagal menjajah Irak, satu dekade yang lalu di tahun 1990-an, Agen-agen Amerika menyebar jutaan lembar uang kertas Irak palsu. Metode ini, katanya untuk menciptakan gejolak ekonomi dan sosial di masyarakat yang mata uangnya jadi sasaran operasi pemalsuan pihak musuh.

Dampak dari "perang uang palsu" ini tentu saja tidak berpengaruh bagi Amerika, karena dollar telah mengusai 70% pasar dunia, dominasi ini terus dipertahankan, bila perlu dengan perang dan penjajahan. Karena itulah, agen-agen mereka sangat getol menciptakan perang baru. Tujuannya, untuk merampok sumber daya alam dan menguasai politik negara lain, meningkatkan bisnis senjata dan perbankan, dan yang lebih penting: memastikan dollar tetap menjadi berhala di negara jajahannya itu. Bagaimanapun gencarnya dollar dipalsu orang, rakyat Amerika tidak merasakan langsung dampaknya. Sebab dengan populernya dollar, maka orang-orang di luar Amerika yang menggunakan dollar, yang menanggung inflasi. Di tahun 2008 saja, The Fed secara resmi telah mengedarkan uang kertas sebesar $ 770 Milyar, yang 2/3 nya diedarkan ke penjuru dunia. Dan curangnya, Amerika membatasi masuknya uang kertas dollar ke dalam negaranya, maksimal $ 10.000, itupun wajib lapor! Tapi membebaskan dollar masuk melalui jasa rentenir bank, dengan jumlah berapapun, asal bukan untuk membeli emas. Di tahun tersebut, Amerika dililit utang sebesar $ 1,41 Trilyun. Anehnya, justru kitalah yang menanggung utang tersebut secara tak langsung! Sebab Rupiah masih terkait dengan dollar.

Uang emas perak adalah fitrah manusia
Mayoritas manusia tahu, bahwa emas dan perak adalah mata uang yang tidak dapat dipalsukan! Sebab tak satu pun manusia, selama ribuan tahun, mampu merekayasa logam lain menjadi emas perak. Bila mereka, katakanlah ingin memalsukan koin emas, maka mereka harus membuatnya dengan emas pula! Karena Allah SWT dan RasulNya menyebut uang hanya kepada emas dan perak, bukan yang lain. Akan tetapi, karena kebanyakan manusia itu dungu - tahu tapi tak mau peduli, dan licik - selalu memanfaatkan orang lain untuk kepentingannya, maka mereka lebih menyukai kertas sebagai mata uang. Padahal dinar emas dan dirham perak telah hadir di hadapannya, namun mereka enggan menggunakan, karena belum populer seperti uang kertas.

Allah SWT menegaskan tentang orang-orang yang dungu ini, dan tidak mempunyai harga diri, yang goyah dalam pendiriannya, sebagai orang yang mengikuti kemauan banyak orang. Coba Anda perhatikan ayatNya yang mulia ini: "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta" (QS. Al An'am: 116)

Jadi siapapun yang menolak tradisi (al urf) yang diridhai Allah SWT dan RasulNya, berarti menuruti kemauan kebanyakan orang-orang, yang justru akan menjerumuskannya. Ada ungkapan bijak: kerugian sebagian kaum, adalah keuntungan bagi kaum lainnya. Kerugian yang ditimbulkan oleh uang kertas, justru menguntungkan bagi pihak yang menerbitkannya. Seperti kita ketahui, bahwa sistem ekonomi ini sungguh tidak adil. Milyaran orang bersusah payah bekerja, berdagang, memproduksi barang dan jasa, tetapi hasil upaya mereka terampas begitu saja, inflasi uang kertas. Yang sudah tentu justru memperkaya segelintir orang yang mengendalikan sistem uang ini. Anehnya orang-orang tidak menghujat kecurangan ini, kecuali hanya sedikit orang saja, begitu dungu kah kita? Bukankah Allah SWT telah mengajarkan kepada nenek moyang kita, Nabi Adam alaihi salam, ketika di Surga, tentang nama-nama benda dan fungsinya. Dan melalui genetika, ilmu tersebut di wariskan kepada manusia dari generasi ke generasi lainnya, turun temurun selama ribuan tahun. Sehingga mayoritas manusia mengerti, bahwa emas dan perak adalah logam mulia, dan diminati orang, di mana saja dan kapan saja, meskipun sebelumnya tidak pernah diajarkan oleh ayah ibu mereka. Orang-orang primitif di hutan pedalaman, bila menemukan emas dan perak, pasti akan menyimpannya, nalurinya berkata kalau benda tersebut berharga. Karena itulah uang emas perak merupakan fitrah manusia.

Keaslian dinar dirham WIN lebih terjamin
Adapun pemalsuan terhadap dinar emas dan dirham perak bisa saja terjadi. Yaitu pemalsuan kadar emas dan perak, yang dicampur dengan logam lain, biasanya dicampur tembaga, yang melebihi ambang batas yang ditetapkan, misalnya: dinar 91.7% emas, menjadi dinar 70% emas. Untuk mengetahui secara rinci, silahkan anda baca Artikel 10 Maret 2009: Mendeteksi Dinar Palsu - sebaiknya artikel ini anda copy print, untuk dipelajari. Pemalsuan dinar terjadi, akibat dampak tak langsung dari maraknya orang-orang yang tidak berhak, yang ikut-ikutan mencetak dinar dirham. Sebab hanya Amir yang dipercaya dan memiliki otoritas yang boleh menerbitkan dinar dirham, sesuai ketentuan dan standar World Islamic Mint dan World Islamic Trading Organization (WITO), bukan orang-orang sempalan! (Baca artikel 14 Januari 2010: Otoritas Dinar Dirham untuk Kemaslahatan, dan artikel 4 Februari 2010: Pebisnis Dinar Yang Menyimpang.)

Untuk mendapatkan koin dinar yang terjamin berat dan kadarnya, anda harus membeli di tempat penukaran (wakala) dinar dirham yang resmi, yang bernaung dalam Wakala Induk Nusantara (WIN), karena telah mendapat otoritas dari WITO. Hal ini penting anda lakukan, agar nisab zakat 20 dinar atau 200 dirham yang anda miliki sesuai syariat, karena berat dan kadarnya tepat. Sebab setiap koin dinar dirham yang diedarkan melalui WIN, terlebih dahulu diuji ulang, satu persatu di laboratorium WIN, agar kualitasnya terjamin.

Semoga Anda paham, dan mengamalkan apa-apa yang telah disunnahkan oleh Allah SWT dan RasulNya. Melepas diri dari kedunguan dan kelicikan kita, melepas diri dari belenggu ulama yang alergi terhadap al urf Sahabat, Tabiin, dan Tabiut Tabiin. Menyerahkan urusan kehidupan kita kepada Allah, dengan mengikuti petunjuknya - Islam. Semoga Allah menolong kita, dengan membuka mata hati ini sesuai fitrah, kembali ke Muamalah Amal Madinah abad I Hijriah. Amin.[sf]


Dibaca : 1889 kali


Bookmark and Share

lainnya
Index kategori : Artikel
Facebook   Twitter   Yahoo Group   You Tube   Baitul Mal Nusantara
© WAKALA INDUK NUSANTARA                                                                                                                        DISCLAIMER   SITEMAP   SITE INFO