NILAI TUKAR DINAR DIRHAM
02-11-2011 , Rabu Pagi

DINAR EMAS
Nisfu (1/2) Dinar - Rp. 1.119.500,-
Dinar - Rp. 2.239.000,-
Dinarayn - Rp. 4.478.000,-

DIRHAM PERAK
Daniq (1/6) Dirham - Rp. 11.083,-
Nisfu (1/2) Dirham - Rp. 33.250,-
Dirham - Rp. 66.500,-
Dirhamayn - Rp. 133.000,-
Khamsa - Rp. 332.500,-

HARGA EMAS PERAK DUNIA


[Most Recent Quotes from www.kitco.com]
[Most Recent Quotes from www.kitco.com]

Bonn, 26 Agustus 2010
Perdebatan Kelantan
H. Abu Bakr Rieger - Chairman WIM
Kejadian ini mengingatkan saya pada buku-buku lama Asterix�Gaul (sebutan untuk Perancis di jaman Romawi) seluruhnya sudah dikuasai (oleh Romawi), namun sebuah kampung kecil tetap berusaha melakukan perlawanan.

Atau begitulah terasa nikmatnya bagi sebuah negara bagian kecil, Negeri Kelantan, di Malaysia. Pengumuman peluncuran dinar dan dirham sebagai mata uang barter di negeri itu telah menarik perhatian seluruh dunia. Di saat Eropa di hari-hari ini masih kelimpungan mencari jalan keluar dari situasi membingungkan masalah keuangan yang tak masuk akal, negara (bagian) kecil ini sudah siap.

Berada dalam krisis keuangan bersejarah dan banjir limpah ruah uang kertas terbesar dalam sejarah manusia, negeri kecil Kelantan dengan dua juta penduduknya mengingat(kan) kembali tradisi anti-inflasi dahulu kala. Panji-panji besar 'Negeri Dinar dan Dirham' terpampang menyambut para tamu di bandara Kota Bharu.

Para pemimpin negeri ini tidak saja melihat bahwa dinar adalah penghubung kembali pada keyakinan Islam dalam urusan ekonomi, mereka juga melihat bahwa dinar adalah sarana bermanfaat untuk membentuk masa depan ekonomi negeri ini. Khususnya dalam hal segera terjadinya hilangnya nilai-nilai (devaluasi) seluruh mata uang kertas seraya menyeru kepada mereka yang (seharusnya) bertanggungjawab untuk segera bertindak, dengan satu tujuan utama: melindungi rakyatnya.

Strategi keuangan pemerintah negeri ini bukanlah gerak mundur ataupun suatu pelarian romantis dari peri kehidupan modernitas sehari-hari. Nyatanya strateginya bahkan revolusioner dan sebenarnya sederhana. Sejak saat peresmian itu, para pegawai negeri, jika mereka bersedia memilih untuk menerima seperempat dari gaji mereka dalam emas dan perak -dalam Dinar dan Dirham- bisa segera membayar tagihan biaya bulanan pemakaian air dan listrik mereka dengan Dinar dan Dirhamnya. Bahkan di saat upacara peresmian Dinar Kelantan itu, seorang pengusaha telah melakukan pembayaran zakatnya. Kegairahan di pasar terhadapnya sangat besar, hampir seribu (1.000) toko telah menyatakan kesediaannya untuk menerima Dinar.

Maka di Kelantan ini yang terjadi adalah peredaran emas bukan penimbunan emas.

Di Malaysia, satu bab menarik dimulai lagi - perdebatan tentang mata uang. Sejak masa pemerintahan mantan Perdana Menteri Malaysia, Dr. Mahathir, setelah mengalami serangan hebat spekulasi keuangan di tahun 90-an, 'Dinar Emas' kembali disebut-sebut. Di Kuala Lumpur, perbincangan tentang 'Emas' ini menjadi bagian penting perdebatan politik lokal.

Sebagian besar rakyat Malaysia berpendapat bahwa kebebasan memilih uang adalah bagian yang sangat penting dari kebebasan itu sendiri. Kini, perdebatan Kelantan berkisar tentang pertanyaan apakah negara bagian tersebut - misalnya menurut (tuduhan) Bank Negara telah bertindak melampaui batas-batas kekuasaan perundangannya.

Sesungguhnya, Kelantan tak pernah menyatakan bahwa dinar adalah 'legal tender' (Alat Bayar Sesuai Undang-Undang) dengan kata lain mata uang resmi Malaysia. Yang membedakannya dengan (emas) Kruggerrand di Afrika Selatan adalah kita harus membayar VAT (serupa dengan pajak pertambahan nilai saat membelinya) saat menukar Dinar Kelantan di sebagian besar negara-negara lain di dunia. 'Dinar' yang disebut dalam al Qur'an sesuai dengan sejarahnya sendiri, yang dimulai dari masa awal Islam, bukanlah 'mata uang alternatif' atau pun 'mata uang' lainnya dalam pengertian moderennya. Dinar berada di luar wacana umum itu.

Koin-koin tersebut menurut hukum Islam, hanya bisa memiliki satu berat tertentu dan hanya bisa dibandingkan dengan barang-barang lain, misalnya dengan beras. Sangat berbeda dengan mata uang-mata uang modern, yang merupakan sebentuk monopoli, di pasar Islam tidak pernah ada paksaan untuk 'yang berlaku hanya' Dinar.

Datuk Husam Musa, Pimpinan Negeri untuk Keuangan dan Pengembangan Ekonomi (Chairman of State for Finance and Economic Development) Kelantan dengan tenang, walau setidaknya agak terganggu karena debatnya mulai memanas berkata kepada para wartawan:
'Berbagai pemberitaan bahwa dinar akan menjadi alat pembayaran kedua di Kelantan (sesudah Ringgit Malaysia) adalah tidak benar dan telah menimbulkan kebingungan. Saya tak habis pikir bagaimana persoalan ini jadi memanas setelah peresmian pemakaian Dinar di Kelantan. Sesungguhnya (dinar) ini sudah ada sejak masa awal Islam.'

Dibaca : 1739 kali


Bookmark and Share

lainnya
Index kategori : Artikel
Facebook   Twitter   Yahoo Group   You Tube   Baitul Mal Nusantara
© WAKALA INDUK NUSANTARA                                                                                                                        DISCLAIMER   SITEMAP   SITE INFO