NILAI TUKAR DINAR DIRHAM
28-05-2012 , Senin Pagi

DINAR EMAS
Nisfu (1/2) Dinar - Rp. 1.062.500,-
Dinar - Rp. 2.125.000,-
Dinarayn - Rp. 4.250.000,-

DIRHAM PERAK
Daniq (1/6) Dirham - Rp. 11.050,-
Nisfu (1/2) Dirham - Rp. 33.150,-
Dirham - Rp. 66.300,-
Dirhamayn - Rp. 132.600,-
Khamsa - Rp. 331.500,-

HARGA EMAS PERAK DUNIA


[Most Recent Quotes from www.kitco.com]
[Most Recent Quotes from www.kitco.com]

Depok, 27 Desember 2010
Uang Panas Kuras Anggaran Negara RI
Sufyan al Jawi - Numismatik Indonesia
Uang rakyat sebesar Rp 30 tilyun melayang sia-sia karena masuknya uang panas asing. BI mengalami negative spread karena membeli valas dengan bunga 6,5 persen. Inilah aksi kriminal yang sesungguhnya!

Jika modal BI makin tipis akibat bea Sterilisasi Moneter untuk meredam dampak negatif uang pasan terhadap perekonomian domestik, pemerintah melalui anggaran negara (APBN) harus menambah modal bank sentral. Bila tidak, rupiah akan terjun bebas nilainya di pasar valas. Arus masuk dana asing spekulatif dan berjangka pendek yang kian deras, membengkakkan defisit neraca Bank Indonesia dan menipiskan modal bank sentral akibat naiknya biaya sterilisasi moneter tersebut.

Ini berarti rakyatlah yang harus menanggung beban, karena kalahnya pertahanan BI untuk menjaga nilai rupiah dari gempuran spekulan valas melalui Hot Money. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa dalam pertarungan antara spekulan valas melawan bank sentral negara manapun di dunia ini, senantiasa dimenangkan oleh spekulan valas. Pemerintah negara yang mata uangnya 'diserang' selalu tekor dan mengalami defisit anggaran negara, karena tersedot untuk menalangi pembelian valas guna menjaga nilai mata uangnya.

Padahal, pemerintah RI selama ini selalu mengandalkan pinjaman asing untuk menutup sebagian defisit anggaran. Ironisnya, dana asing berupa Hot Money tersebut pada akhirnya harus ditanggulangi dengan pinjaman dana asing pula. Inilah perampokan uang rakyat oleh spekulan di pasar valas. Tapi anehnya, kejahatan ini tidak dikategorikan sebagai tindak kriminal. Bahkan konyolnya, malah dihormati oleh rezim pemerintah kita, seperti sambutan hangat kepada pelaku spekulan, George Soros misalnya.

Direktur Keuangan Internal BI, Harti Haryani mengatakan neraca keuangan BI tahun 2010 ini diperkirakan defisit Rp 30 trilyun atau melebihi target awal sebesar Rp 22,3 trilyun. Dia menjelaskan, defisit tersebut disebabkan oleh besarnya anggaran kebijakan untuk operasi moneter yang dikeluarkan BI guna menstabilkan nilai tukar rupiah akibat derasnya arus masuk Hot Money pada tahun ini.

'Sampai Oktober, defisit anggaran BI sudah 26 trilyun. Perkiraannya, sampai akhir tahun defisit sekitar Rp 30 trilyun' kata Harti. Menurut dia, pengeluaran anggaran kebijakan Bi guna melakukan operasi moneter hingga Oktober telah mencapai Rp 24,8 trilyun. Defisit neraca BI itu, kata dia, berdampak pada permodalan BI yang turun dari 93,5 triyun rupiah pada tahun 2009, menjadi 73,4 trilyun rupiah pada Oktober lalu.

'Dengan defisit yang diperkirakan Rp 30 trilyun, maka modal BI sampai akhir tahun 2010 masih sekitar Rp 39 trilyun,' ujar Harti. Dalam UU Bank Indonesia, lanjut dia, ada pasal yang menyebutkan: Jika modal BI turun menjadi Rp 2 trilyun, maka pemerintah wajib memberikan tambahan modal kepada BI. Saat ini , BI menanggung beban berat akibat intervensi pasar valas untuk menstabilkan rupiah akibat serbuan Hot Money. BI mengalami Negative Spread karena membeli valas dengan bunga 6,5 persen.

Uang Panas Masuk Lagi
Kepala Biro Humas BI, Difi Ahmad Johansyah, Selasa 14 Desember 2010 mengatakan, Hasil Operasi Pasar Terbuka BI menunjukkan selama pekan kedua Desember 2010, dana asing kembali membanjiri pasar keuangan Indonesia. Jumlahnya mencapai Rp 5,19 trilyun atau setara dengan USD 589 juta. Menurut Difi, keputusan European Central Bank (ECB) mempertahankan suku bunga pada level 1,0 persen menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi investor asing pada emerging market atau pelarian modal asing ke Indonesia. Hal itu tercermin dari meningkatnya kepemilikan Surat Utang Negara (SUN) oleh investor asing.

'Selama sepekan, SUN asing naik sebesar Rp 1,7 trilyun hingga meningkatkan pangsa SUN asing dari 30,26 persen menjadi 30,58 persen,' imbuh Difi.

Ekonom BI Adalah Siswa Mata Uang Yang Paling Dungu?
Sejak koin Dinar dan Dirham dicetak dan beredar di tanah air mulai tahun 2000 hingga hari ini, perhatian petinggi BI untuk mempelajari kedua Nuqud Nabawi ini cukup tinggi. Mereka telah beberapa kali mengirimkan orang-orang 'pinternya' untuk berguru pada ahli mata uang (Numismatik) tentang Dinar dan Dirham, dengan mengikuti berbagai seminar di dalam negeri maupun mancanegara, seperti pada Konferensi Mata Uang Dinar Dirham di Putra Jaya Malaysia, 2002, misalnya. Tapi sayangnya, mereka tidak mau menerapkan apa yang telah dipelajari. Maka pantaslah, kalau Ekonom BI mendapati julukan : Siswa Ilmu Mata Uang yang Paling Dungu. Kenapa?

Orang awam saja telah sadar akan kelemahan dari sistem mata uang kertas yang biadab dan penuh aksi tipu muslihat ini, dan segera mengamankan dan mempertahankan aset mereka dengan Dinar dan Dirham. Sebab sudah menjadi rahasia umum, bahwa uang kertas negara manapun di dunia ini selalu mengalami inflasi 20-30 persen per tahun. Jadi untuk apa gelar profesor dan doktor yang diraih para ekonom dungu ini? Untuk sekedar gagah-gagahan saja? [SF]

Dibaca : 2639 kali


Bookmark and Share

lainnya
Index kategori : Artikel
Facebook   Twitter   Yahoo Group   You Tube   Baitul Mal Nusantara
© WAKALA INDUK NUSANTARA                                                                                                                        DISCLAIMER   SITEMAP   SITE INFO